Selasa, 22 Oktober 2013

asas-asas pembelajaran dan implikasinya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar dan pembelajaran guru dan murid haruslah mempunyai kapabilitas (kelayakan mengajar ataupun menerima materi yang diajarkan oleh seorang guru, sehingga terciptanya suasana pembelajaran yang diingin-inginkan). Ketika seorang guru mempunyai prinsip dan itu dijadikan sebagai indikator, dan benar-benar dilaksanakan, dan menggunakn metode-metode yang membuat penyampaian mudah diterima dengan terkonsep, maka seorang guru akan menjadi seorang di perhitungkan keberadaannya dalam sebuah pendidikan. Banyak kita temui sekarang ini proses belajar dan pembelajaran tidak sesuaia dengan yang diharapkan, karena ognum yana berada didalamnya termasuk guru dan murid adalah yang paling dominan dalam kegiatan yang bersifat formal. Begitu juga yang terjadi pada murid, mereka lupa akan prinsip-prinsip yang ada dalam proses belajar dan pembelajaran, sehingga mereka tidak bisa memaksimalkan kegitan yang dijilaninya, itu satu dari banyak kejadian ketika seorang guru ataupun murid tidak menjalankan sebuah prinsip yang ada pada kegiatan belajar dan pembelajaran. maka seyogyanga seorang guru dan murid harus memahami betul prinsip-prinsip dari pada belajar pembelajaran , sehingga seorang guru dan murid mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya dan itu berimplikasi pada sebuah keberhasilan penyampaian ilmu dan penyerapan ilmu. Harapan itu yang diinginkan oleh guru dan murid dan merasakan betapa indahnya ilmu yang diperoleh dari belajar. Dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan yang akan dijalaninya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana prinsip-prinsip belajar itu?
2.      Bagaimana implikasi prinsip belajar bagi siswa?
3.      Bagaimana implikasi prinsip belajar bagi guru?



C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar.
2.      Untuk mengetahui implikasi prinsip belajar bagi siswa.
3.      Untuk mengetahui implikasi prinsip belajar bagi guru.

D.    Batasan Masalah
Dalam makalah ini, Kami membatasi pembahasan hanya mengenai prinsip-prinsip belajar, implikasi prinsip belajar bagi siswa dan guru.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Prinsip-prinsip Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organism atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.[1] Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip belajar. Adapun prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. [2] Ada beberapa prinsip dalam belajar, yaitu:[3]
1.        Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang di lakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
3
 
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Sikap guru terhadap muridnya adalah factor utama mencapai keberhasilan para siswa. Bila yakin bahwa para siswa dapat berhasil, maka mereka akan berhasil. Tapi keyakinan tersebut belumlah cukup, seorang guru harus membantu murid-murid meyakini bahwa keberhasilan adalah suatu yang mungkin. Ketika siswa yakin bahwa mereka akan berhasil, mereka akan berupaya dan belajar. Tetapi jika mereka tidak yakin bahwa keberhasilan itu mungkin, maka siswa tidak akan berupaya.[4] Maka dari itu memotivasi siswa sangat penting agar mereka bisa mendorong diri mereka sendiri untuk berupaya menggapai keberhasilan  atau kesuksesan tersebut. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.[5]
2.        Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah  yang harus bertindak aktif. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
3.        Keterlibatan langsung
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Menurut paradigma yang diinginkan oleh kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, guru tidak hanya bertugas menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh siswa.[6] Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.[7]
4.        Penguatan
Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.[8] Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan rasa takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif.[9] Bila seorang guru ingin siswanya bersikap baik, perhatian, sayang, dermawan dan terhormat. Seorang guru perlu memperhatikan  dan berterima kasih pada mereka ketika semua sikap dan tindakan itu dilakukannya, tidak perlu menghadiahkan mereka dengan uang atau nilai, tapi perlu member mereka pujian.[10]

Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya.[11] Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.[12]
Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru sebagai pengajar akan berusaha secara maksimal dengan menggunakan berbagai keterampilan dan kemampuannya agar anak didik dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, menurut Soetomo “guru harus dapat menciptakan situasi di mana agar anak dapat belajar, sebab sebenarnya proses belajar mengajar itu belum dapat dikatakan berakhir kalau anak belum dapat belajar dan belum mengalami perubahan tingkah laku”. Karena perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.[13]
Jerome Bruner menekankan bahwa dalam belajar siswalah yang harus bertindak aktif dan guru hendaknya memberikan situasi masalah yang menstimulasi siswa untuk menemukan struktur masalah subyek untuk diri mereka sendiri. Ketika siswa benar-benar memahami struktur dasar, maka mereka akan mampu untuk mengungkapkan banyak ide-ide dari pengertian mereka sendiri. Memang dalam belajar, siswa harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Guru perlu memahami dan menghayati kemampuan siswa. Nabi Isa berkata “Janganlah kalian mengalungkan berlian di leher babi hutan”. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa, mengajar yang tidak memperhatikan batas kemampuan siswa pada hakekatnya apa yang diajarkan itu tidak akan diterima oleh siswa. Akibatnya, diajar atau tidak sedikit sekali perbedaanya.[14]

B.     Implikasi Prinsip-prinsip Belajar Bagi Siswa
Siswa sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apa pun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar. Justru para siswa akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri mereka.
1.        Perhatian dan Motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak, dan rangsangan lain yang dapat diindra. Contoh kegiatan atau perilaku siswa, baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep yang baru diterima, mengamati secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan guru, atau kegiatan sejenis lainnya. Semua kegiatan atau perilaku tersebut harus dilakukan oleh siswa secara sadar sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajarnya.
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus.
2.                                 Keaktifan
Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pembelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.[15] Cara belajar siswa aktif tidak selamanya berorientasi keterampilan, tetapi juga belajar siswa aktif bisa terjadi waktu siswa mempelajari konsep, fakta, dan prinsip.[16]
3.        Keterlibatan Langsung
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola-voli, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4.        Penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987 : 32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di antaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.[17]

  1. Implikasi Prinsip-prinsip Belajar Bagi Guru
Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam perilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.
1.        Perhatian dan Motivasi
Siswa tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidak acuhan, dan ketidakterlibatan dalam tugas-tugas di kelas. Sehingga siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat.[18] Guru juga bisa menggunakan keterampilan dasar mengajar dengan cara variasi, misalnya guru memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.[19]
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak pada perilaku-perilaku yang di antaranya adalah : a.) Memilih bahan ajar sesuai minat siswa, b.) Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa, c.) Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa, d.) Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan, e.) Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Perilaku yang merupakan implikasi prinsip-prinsip perhatian dan motivasi bagi guru dapat tertampak lebih dari satu perilaku dalam suatu kegiatan pembelajaran.
2.        Keaktifan
Para guru memberikan kesempatan belajar kepada para siswa, memberikan peluang dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal. Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya.[20]
3.        Keterlibatan Langsung
Guru harus menyadari bahwa keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian, perlu diingat bahwa keterlibatan langsung secara fisik tidak menjamin keaktifan belajar. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental emosional, dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi keterlibatan langsung bagi guru adalah Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil, Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah, Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran. Selain itu implikasi lain dari adanya keterlibatan langsung adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing, dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
4.        Penguatan
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan penguatan diberikan. Agar penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa.[21] Implikasi prinsip penguatan bagi guru, misalnya : a.) Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah, b.) Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes, c.) Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru, d.) Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas.



BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama,
Kedua,
Ketiga,
  1. Saran
1.    Untuk para pendidik sebaiknya lebih bisa mengenali berbagai macam perubahan yang terjadi dalam lingkungan social yang dapat mempengaruhi kualitas peserta didik.
2.    Untuk para calon pendidik sebaiknya selalu mampu mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lingkungan social sehingga dapat mengenali berbagai macam hal yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik seiring dengan berkembangnya zaman.
3.    Untuk peserta didik sebaiknya mampu meningkatkan pengetahuan yang mendukung perubahan positif dalam proses pendidikan.


11
 

 

DAFTAR RUJUKAN

Bahri Djamarah, Syaiful, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. 2010. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Fathurrohman, Muhammad, Sulistyorini. Belajar dan Pembelajaran. 2012. Yogyakarta. Teras.
Johnson, LouAnne, Dani Dharyani. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. 2008. PT Indeks.
Sadirman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. 2007. Jakarta. PT RajaGrafrindo Persada.
Suwarna,dkk. Pengajaran Mikro. 2006. Yogyakarta. Tiara Wacana.
User Usman, Moh. Menjadi Guru Professional. 2008. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
12
 
http://masih-berbagi.blogspot.com/2012/08/bab-ii-prinsip-prinsip-belajar-dan-asa.html diakses pada tanggal 04 Oktober 2013, 15:25.


[1] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010, 10.
[2] Muhammad Fathurrohman, Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Teras, 2012, 17.
[4] LouAnne Johnson, Dani Dharyani, Pengajaran yang Kreatif dan Menarik, PT Indeks, 2008, 199.
[5] Muhammad Fathurrohman, Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran…,17.
[6] Suwarna,dkk, Pengajaran Mikro, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006, 10.
[7] Ibid, 90.
[8] Muhammad Fathurrohman, Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran…,17.
[9] Suwarna,dkk, Pengajaran Mikro…, 77.
[10] LouAnne Johnson, Dani Dharyani, Pengajaran yang Kreatif…, 243.
[11] Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT RajaGrafrindo Persada, 2007, 14.
[12] Moh. User Usman, Menjadi Guru Professional, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2008, 04.
[13] Muhammad Fathurrohman, Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran…,26.
[14] Ibid, 17.
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, 33.
[17] Suwarna,dkk, Pengajaran Mikro…, 74.
[18] Ibid, 83.
[19] Ibid, 85.
[20] Moh. User Usman, Menjadi Guru Professional…, 30.
[21] Suwarna,dkk, Pengajaran Mikro…, 85.