BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gagasan yang menyatakan bahwa proses psikologi dan perubahan agama
sebagai konversi secara tiba-tiba merupakan proses dimana perubahan-perubahan
dalam singkat terjadi secara perlahan-lahan meskipun diluar batas-batas kesadaran,
yang oleh William James disebut teori “inkubasi bawah sadar”. Tipe pemikiran
psikolgi yang sudah dikembangkan dari sistem psikoanalisis Freud menyebabkan
gagasan-gagasan ini semakin kuat dan tepat. Sistem pemikiran ini tidak
menganggap bawah sadar atau ketidak sadaran sebagai milik aksidental dari
beberapa jenis proses mental, melainkan beranggapan bahwa ada proses represi
aktif yang dengannya se aktif yang dengannya semua yang menyakitkan dan
tidak sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh arus utama dalam
kesadaran terdorong masuk ke dalam wilayah yang disebut ketidaksadaran
dan dari situ ia bisa mempengaruhi perilaku atau berbagai proses pemikiran
secara sadar tetapi tidak dapat di anggap sebagai bagian dari arus pemikiran
sadar itu.
Konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk
proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa
terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba. Sangat boleh jadi ia
mencakup perubahan keyakinan terhadap beberapa persoalan agama tetapi hal ini
akan di barengi dengan berbagai perubahan dalam motivasi terhadap perilaku dan
reaksi terhadap lingkungan sosial. Salah satu di antara berbagai arah perubahan
ini tampaknya memainkan peranan penting dalam perubahan konversi itu. Namun
perbedaan-perbedaan di antara konversi-konversi tersebut tidak tegas, setiap
perubahan intelektual mengandung berbagai implikasi terhadap perilaku dan
kesetiaan sosial, dan tidak ada seorangpun bisa mengubah kesetiaan sosialnya
dalam bidang agama atau motivasi perilakunya tanpa adanya perubahan dalam apa
yang diyakininya.[1]
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
pengertian dari konversi agama?
2.
Apakah faktor
yang mempengaruhi terjadinya konversi agama?
3.
Bagaimana
proses terjadinya konversi agama?
4.
Sebutkan
tokoh-tokoh Islam yang pernah mengalami konversi agama?
C.
TUJUAN
PEMBAHASAN MASALAH
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari konversi agama.
2.
Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama.
3.
Untuk
mengetahui proses terjadinya konversi agama.
4.
Untuk
mengetahui tokoh-tokoh Islam yang pernah mengalami konversi agama.
D.
BATASAN MASALAH
Dalam makalah
ini, kami membatasi pembahasan hanya mengenai masalah-masalah yang terkait
dengan konversi agama. Yang membahas
tentang pengertian dari konversi agama, faktor yang mempengaruhi terjadinya
konversi agama, proses terjadinya konversi agama, dan tokoh-tokoh Islam yang
pernah mengalami konversi agama. Dengan demikian kami berharap pembahasan ini
hanya terfokus pada tema tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Konversi Agama
1.
Pengertian
konversi agama menurut bahasa.
Konversi berasal dari kata lain “Conversio” yang berarti: tobat,
pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut dipakai dalam kata
Inggris Conversion yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan
atau dari suatu agama ke agama lain.
Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa
konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik
pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
2.
Pengertian
konversi agama menurut istilah.
Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan
dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem
kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.[2]
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh
lingkungan tempat berada. Selain itu, konversi agama yang dimaksudkan uraian di
atas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
1)
Adanya
perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
2)
Perubahan yang
terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara
berproses atau secara mendadak.
3)
Perubahan
tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke
agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang
dianutnya sendiri.
4)
Selain faktor
kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itu pun disebabkan faktor
petunjuk dari Yang Mahakuasa.[3]
B.
Faktor yang
Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
1.
Para ahli agama
menyatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama
adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam
proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
2.
Para ahli
sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah
pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri
dari adanya berbagai faktor antara lain:
a)
Pengaruh
hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama
(kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan lain).
b)
Pengaruh
kebiasaan rutin.
Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah
kepercayaan jika dilakukan secara rutin hingga terbiasa, misalnya: menghadiri
upacara keagamaan, ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik
pada lembaga formal ataupun nonformal.
c)
Pengaruh
anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib, keluarga,
famili dan sebagainya.
d)
Pengaruh
pemimpin keagamaan.
Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salahsatu faktor
pendorong konversi agama.
e)
Pengaruh
perkumpulan yang berdasarkan hobi.
Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula
menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
f)
Pengaruh
kekuasaan pemimpin
Yang dimaksud di sini adalah pengaruh kekuasaan hukum. Masyarakat
umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala Negara atau Raja
mereka (Cuius region illius est religio).[4]
Berdasarkan
gejala tersebut maka dengan meminjam istilah yang digunakan Starbuck ia
membagi konversi agama menjadi dua tipe yaitu:
1)
Tipe Volitional (perubahan bertahap)
Konversi agama
tipe ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit, sehingga menjadi
seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru. Konversi yang demikian itu
sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin
menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.
2)
Tipe Self-Surrender
(perubahan drastis)
Konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara
mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah
pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan inipun dapat
terjadi dari kondisi yang tidak taat menjadi lebih taat, dari tidak percaya
kepada suatu agama kemudian menjadi percaya, dan sebagainya. Pada konversi
tingkat kedua ini, William James mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang
Mahakuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan
sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan
penyerahan jiwa sepenuhnya. Jadi, ada semacam petunjuk (Hidayah) dari Tuhan.[5]
Faktor yang
melatarbelakanginya timbul dari dalam diri (intern) dan dari lingkunga
(ekstern).
a.
Faktor Intern, yang ikut mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah:
1)
Kepribadian
Secara
psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang.
Dalam penelitian W. James ia menemukan, bahwa tipe melankolis yang memiliki
kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama
dalam dirinya.
2)
Faktor
Pembawaan
Menurut
penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran
mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak yang bungsu biasanya tidak
mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara
keduanya sering mengalami sress jiwa. Kondisi yang dibawa berdasarkan urutan
kelahiran itu banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama.
3)
Faktor Ekstern
(faktor dari luar).[6]
Diantara faktor
luar (ekstern) yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah:
1)
Faktor
keluarga, keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian,
kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat, dan lainnya.
Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan
batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan
tekanan batin yang menimpa dirinya.
2)
Lingkungan
tempat tinggal
Orang yang merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau
tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara.
Keadaan yang demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari
tempat untuk bergantung hingga kegelisahan batinnya hilang.
3)
Perubahan
status
Perubahan
status, terutama yang berlangsung secara mendadak akan banyak mempengaruhi
terjadinya konversi agama, misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau
perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang berlainan agama, dan
sebagainya.
4)
Kemiskinan
Kondisi sosial
ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang mendorong dan mempengaruhi
terjadinya konversi agama. Masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk
agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan mendesak akan
sandang pangan dapat mempengaruhi.
C.
Proses Konversi
Agama
Seseorang atau
kelompok yang mengalami proses konversi agama ini, segala bentuk kehidupan batinnya
semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya
(agama), maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan juga
akan berubah. Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama, seperti:
harapan, rasa bahagia, keselamatan, dan kemantapan berubah menjadi berlawanan
arah. Timbullah gejala-gejala baru berupa, perasaan serba tidak lengkap dan
tidak sempurna. Gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk merenung,
timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, dan perasaan susah yang ditimbulkan
oleh kebimbangan.
Perasaan yang
berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin, sehingga untuk mengatasi
kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurannya. Umumnya apabila gejala
tersebut sudah dialami oleh seseorang atau kelompok, maka dirinya menjadi lemah
dan pasrah ataupun timbul semacam peledakan perasaan untuk menghindarkan diri
dari pertentangan batin itu. Ketenangan batin akan terjadi dengan sendirinya
bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru. Pandangan
hidup yang dipilih tersebut merupakan petaruh bagi masa depannya, sehingga ia
merupakan pegangan baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai hasil
dari pemilihannya tehadap pandangan hidup itu maka bersedia dan mampu untuk
membaktikan diri kepada tuntutan-tuntutan dan peraturan ada dalam pandangan
hidup yang dipilihnya itu berupa ikut berpartisipasi secara penuh. Makin kuat
keyakinannya terhadap kebenaran pandangan hidup itu akan semakin tinggi pula
nilai bakti yang diberikannya.[7]
Tiap-tiap
konversi agama itu melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
1)
Masa tenang
Di saat ini
kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang, karena masalah agama belum
mempengaruhi sikapnya. Terjadi semacam sikap apriori terhadap agama. Keadaan yang
demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga
ia berada dalam keadaan tenang dan tenteram.
2)
Masa
ketidaktenangan
Tahap ini
berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin dikarenakan
suatu krisis, musibah atau perasaan berdosa yang dialaminya. Hal ini
menimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan batinnya, sehingga
mengakibatkan terjadi kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah,
panik, putus asa, ragu, dan bimbang. Perasaan seperti itu menyebabkan orang
menjadi lebih sensitif dan sugesibel. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan
terhadap ide tau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya.
3)
Masa konversi
Tahap ketiga
ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena kemantapan batin
telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang
dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna
dalam menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, sehingga terciptalah
ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai
petunjuk Ilahi. Karena di saat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas
suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan
sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama.[8]
4)
Masa tenang dan
tenteram
Masa tenang dan
tenteram yang kedua ini berbeda dengan tahap sebelumnya. Jika pada tahap
pertama keadaan itu dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan
dan ketenteraman pada tahap ketiga ini ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan
yang sudah diambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi
mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru
5)
Masa Ekspresi
konversi
Sebagai
ungkapan dari sikap menerima terhadap konsep baru dari ajaran agama yang
diyakininya tadi, maka tidak tunduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan
ajaran dan peraturan agama yang dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam
bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan
konversi agama itu dalam kehidupan.
D.
Contoh
peristiwa konversi agama
1.
Sayyidina Umar
ra.
Sayyidina Umar
ra sebelum masuk Islam adalah musuh terkuat dari nabi Muhammad saw dalam
menyebarkan Islam. Dia diberi tahu bahwa adiknya Fatimah binti Khottob telah
masuk Islam dan hidayah tepat datang di muka rumah dimana ia akan melampiaskan
nafsu amarahnya, terdengar suara merdu lemah gemulai dari dalam rumah Fatimah
beserta keluarganya mengaji bersama membaca surat Thoha. Mendengar begitu suara
merdu dan isi bacaannya sangat bagus, susunan katanya rapi bernilai sastra
tingkat tinggi melebihi sastra lain buatan ahli sastra Arab saat itu yang
terkenal dibidang sastra. Ia masuk ke rumah, bukan marah tetapi ingin tahu apa
yang dibaca Fatimah. Setelah dijelaskan ia sadar dan masuk Islam. Akhirnya ia
menjadi tokoh Islam. Tentu saja hal ini hidayah Allah dan berkat doa nabi.
Tetapi proses dan sebab musababnya melalui kekaguman bunyi al-Quran dan suara
pembacanya, melebihi semua hasil sastra yang ada.[9]
2.
Fudail bin Aiyat
Fudail bin Aiyat ini hidup pada zaman Harun Al-Rasyid. Pada
permulaan hidupnya, Fudail ini adalah seorang penjahat, suka mencuri dan
merampok. Setiap malam, ia selalu melakukan operasi mencuri pada setiap rumah
yang bertingkat tinggi. Ia memanjat naik ke atas loteng rumah, yang akan
dijadikan sasaran pada malam itu. Setelah sampai di atas loteng, ia mengintip
kebawah, terlihat olehnya seorang wanita sedang membaca Al-Qur’an dengan suara
yang sayup-sayup sampai. Didengarkannya suara tersebut baik-baik, kebetulan
(ayat 16, QS. Al-Hadid)
Artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik”. [10]
Ketika ia
mengintip dari atas loteng, tidak ada seorangpun yang tahu. Selesai ayat itu
didengarnya, ia meluncur turun dan pulang ke rumahnya, rencana jahatnya semula
diurungkan.
Sesudah peristiwa pada malam itu, ia tertarik untuk masuk Islam dan
mempelajari ajaran agama Islam dengan tekun.[11]
Sampai akhirnya ia menjadi seorang ahli tasawuf yang terkenal pada zaman
pemerintahan Harun Al-Rasyid, masalah dunia tidak pernah dipikirkannya lagi,
hari-harinya dihabiskan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Jika kita analisa
kondisi jiwa Fudail pada waktu itu terjadi konversi agama sepintas, karena
mendengar ayat Al-Qur’an yang
seolah-olah khusus ditujukan kepadanya, sehingga dia menjadi sadar. Namun kita
dapat menduga juga, kemungkinan dia juga mengalami suatu goncangan jiwa.
3.
Syekh Muhammad Djamil Djambek
Muhammad Djamil Djambek adalah seorang putra dari Kepala Negeri
Gurun Panjang Bukittinggi. Pada masa mudanya beliau hidup sebagai seorang yang
kurang mengindahkan agama. Segala macam minuman keras dapat beliau kenal. Pada
suatu malam ketika beliau sedang melalukan operasinya di Bukittinggi, beliau
dikejar orang ramai-ramai. Beliau sempat melarikan diri dan bersembunyi di
dalam suatu sungai. Orang ramai yang mengejarnya pun mencarinya cukup lama,
tapi mereka tidak menemukannya. Pemuda Muhammad Djamil tersebut tidak berani
keluar dari persembunyiannya, dan tinggallah dia dalam sungai tersebut sampai
pagi. Pada waktu subuh didengarnya suara adzan subuh dari Masjid Tengah Sawah.
Hatinya tergugah untuk ketika mendengarnya. Selesai adzan, ia segera pulang dan
meminta kepada bapaknya agar dikirim ke Mekkah untuk belajar. Permintaannya
dikabulkan oleh ayahnya dan berangkat ke Mekkah untuk mempelajari dan mendalami
ilmu pengetahuan dan ajaran Islam disana.[12]
Ia bermukim di
Mekkah lama, kemudian pulang membawa pengaruh yang sangat besar dalam
perkembangan agama di Minangkabau.[13]
Kemudian ia terkenal dengan Syekh Muhammad Djamil Djambek, ahli hisab dan ahli
falak, yang sampai sekarang orang-orang di Minangkabau sangat terpengaruh oleh
ajaran beliau, sekolah dan surau yang beliau dirikan di tengah-tengah kota
Bukittinggi sampai sekarang masih tetap berlimpah pengunjungnya, walaupun
beliau sudah wafat.
Dari riwayat
singkat Syekh Muhammad Djamil Djambek, kita dapat jadikan suatu kejadian konversi
agama secara mendadak. Dari seorang yang tidak mengindahkan agama sama sekali,
berubah menjadi seorang yang tekun beragama bahkan menjadi seorang pemuka agama
yang membawa perubahan besar pada alam pikiran masyarakat Minangkabau.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Pengertian
konversi agama menurut bahasa ialah berubah dari suatu keadaan atau dari suatu
agama ke agama lain. Sementara itu konversi agama menurut istilah ialah suatu
tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu
sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2.
Faktor yang
melatarbelakangi konversi agama berasal dari dalam diri (intern) dan dari
lingkungan (ekstern). Faktor intern diantaranya ialah kepribadian dan faktor
pembawaan. Sedangkan faktor ekstern diantaranya ialah keluarga, lingkungan
tempat tinggal, perubahan status, dan kemiskinan.
3.
Proses konversi
agama dimulai dari masa tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi
sikapnya. Setelah masa tenang, maka akan dilanjutkan dengan masa
ketidaktenangan dikarenakan suatu krisis, musibah, ataupun perasaan berdosa
yang dialaminya. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau
kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya. Setelah konflik batin
mengalami peredaan, karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan
menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi atupun timbulnya rasa
pasrah, maka terjadilah proses konversi agama. Selanjutnya ialah masa tenaang
dan tentram oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil. Proses yang
terakhir adalah masa ekspresi konversi yaitu sebagai ungkapan dari sikap
menerima terhadap konsep baru dari agama yang diyakini dan dipilihnya tersebut.
4.
Tokoh-tokoh
Islam yang pernah mengalami konversi agama diantaranya Sayyidina Umar ra., Fudail
bin Aiyat, dan Syekh Muhammad Djamil Djambek.
B.
SARAN
1.
Bagi calon
pendidik, sebaiknya bisa lebih meningkatkan lagi kemampuan-kemampuan yang
dimiliki, terutama dalam bidang hukum agama. Hal ini perlu dilakukan agar nantinya para calon pendidik tersebut
serasa lebih siap dalam menghadapi dunia pendidikan yang sebenarnya.
2.
Bagi pendidik,
sebaiknya juga selalu meningkatkan kemampuannya agar mereka dapat memberikan
pendidikan yang terbaik kepada anak didiknya, serta dapat mencapai hasil sesuai
yang diharapkan.
3.
Bagi tokoh
masyarakat dan pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan, sebaiknya
selalu bijaksana dalam bertindak, menentukan keputusan sesuai dengan
kriteria-kriteria pendidikan yang baik demi meningkatkan kualitas pendidikan
bangsa.
C.
HARAPAN
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat
memberikan gambaran dan menambah wawasan kita tentang konversi agama. Dengan mengetahui pembahasan
konversi agama kita akan menjadi manusia yang cerdas
dalam ilmu agama, terutama dalam bidang hukum
Islam
DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin, Mulyono. Psikologi
Agama dalam Prespektif Islam. 2008. Malang. UIN-MALANG PRESS (Anggota
IKAPI).
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. 2003. Jakarta. PT
Bulan Bintang.
H. Thouless, Robert. Pengantar
Psikologi Agama. 2000. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada.
Jalaluddin. Psikologi Agama. 2004.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
.
[1] Robert H.
Thouless, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada,
2000, 189.
[2] Jalaluddin, Psikologi
Agama, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004, 265.
[9] Baharuddin,
Mulyono, Psikologi Agama dalam Prespektif Islam, Malang, UIN-MALANG
PRESS (Anggota IKAPI), 2008, 217.
[10] Zakiah
Darajat, Ilmu Jiwa Agama,
Jakarta, PT Bulan Bintang, 2003, 178.
[12] Ibid…181.