Selasa, 26 November 2013

KONVERSI AGAMA


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Gagasan yang menyatakan bahwa proses psikologi dan perubahan agama sebagai konversi secara tiba-tiba merupakan proses dimana perubahan-perubahan dalam singkat terjadi secara perlahan-lahan meskipun diluar batas-batas kesadaran, yang oleh William James disebut teori “inkubasi bawah sadar”. Tipe pemikiran psikolgi yang sudah dikembangkan dari sistem psikoanalisis Freud menyebabkan gagasan-gagasan ini semakin kuat dan tepat. Sistem pemikiran ini tidak menganggap bawah sadar atau ketidak sadaran sebagai milik aksidental dari beberapa jenis proses mental, melainkan beranggapan bahwa ada proses represi aktif  yang dengannya se aktif  yang dengannya semua yang menyakitkan dan tidak sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh arus utama dalam kesadaran terdorong masuk ke dalam wilayah yang disebut ketidaksadaran dan dari situ ia bisa mempengaruhi perilaku atau berbagai proses pemikiran secara sadar tetapi tidak dapat di anggap sebagai bagian dari arus pemikiran sadar itu.
Konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba. Sangat boleh jadi ia mencakup perubahan keyakinan terhadap beberapa persoalan agama tetapi hal ini akan di barengi dengan berbagai perubahan dalam motivasi terhadap perilaku dan reaksi terhadap lingkungan sosial. Salah satu di antara berbagai arah perubahan ini tampaknya memainkan peranan penting dalam perubahan konversi itu. Namun perbedaan-perbedaan di antara konversi-konversi tersebut tidak tegas, setiap perubahan intelektual mengandung berbagai implikasi terhadap perilaku dan kesetiaan sosial, dan tidak ada seorangpun bisa mengubah kesetiaan sosialnya dalam bidang agama atau motivasi perilakunya tanpa adanya perubahan dalam apa yang diyakininya.[1]
B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengertian dari konversi agama?
2.      Apakah faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama?
3.      Bagaimana proses terjadinya konversi agama?
4.      Sebutkan tokoh-tokoh Islam yang pernah mengalami konversi agama?

C.    TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui pengertian dari konversi agama.
2.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama.
3.      Untuk mengetahui proses terjadinya konversi agama.
4.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh Islam yang pernah mengalami konversi agama.

D.    BATASAN MASALAH
Dalam makalah ini, kami membatasi pembahasan hanya mengenai masalah-masalah yang terkait dengan konversi agama. Yang membahas tentang pengertian dari konversi agama, faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama, proses terjadinya konversi agama, dan tokoh-tokoh Islam yang pernah mengalami konversi agama. Dengan demikian kami berharap pembahasan ini hanya terfokus pada tema tersebut.








BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Konversi Agama
1.    Pengertian konversi agama  menurut bahasa.
Konversi berasal dari kata lain “Conversio” yang berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut dipakai dalam kata Inggris Conversion yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain.
Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
2.    Pengertian konversi agama menurut istilah.
Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.[2]
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada. Selain itu, konversi agama yang dimaksudkan uraian di atas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
1)   Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2)   Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
3)   Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
4)   Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itu pun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Mahakuasa.[3]
B.       Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama

1.    Para ahli agama menyatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
2.    Para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor antara lain:
a)    Pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan lain).
b)   Pengaruh kebiasaan rutin.
Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan secara rutin hingga terbiasa, misalnya: menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal ataupun nonformal.
c)    Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib, keluarga, famili dan sebagainya.
d)   Pengaruh pemimpin keagamaan.
Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salahsatu faktor pendorong konversi agama.
e)    Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi.
Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
f)    Pengaruh kekuasaan pemimpin
Yang dimaksud di sini adalah pengaruh kekuasaan hukum. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala Negara atau Raja mereka (Cuius region illius est religio).[4]

Berdasarkan gejala tersebut maka dengan meminjam istilah yang digunakan Starbuck ia membagi konversi agama menjadi dua tipe yaitu:
1)   Tipe Volitional (perubahan bertahap)
Konversi agama tipe ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit, sehingga menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru. Konversi yang demikian itu sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.
2)   Tipe Self-Surrender (perubahan drastis)
Konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan inipun dapat terjadi dari kondisi yang tidak taat menjadi lebih taat, dari tidak percaya kepada suatu agama kemudian menjadi percaya, dan sebagainya. Pada konversi tingkat kedua ini, William James mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang Mahakuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa sepenuhnya. Jadi, ada semacam petunjuk (Hidayah) dari Tuhan.[5]

Faktor yang melatarbelakanginya timbul dari dalam diri (intern) dan dari lingkunga (ekstern).
a.    Faktor Intern, yang ikut mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah:
1)   Kepribadian
Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Dalam penelitian W. James ia menemukan, bahwa tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.

2)   Faktor Pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak yang bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami sress jiwa. Kondisi yang dibawa berdasarkan urutan kelahiran itu banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama.
3)   Faktor Ekstern (faktor dari luar).[6]

Diantara faktor luar (ekstern) yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah:
1)   Faktor keluarga, keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat, dan lainnya.
Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
2)   Lingkungan tempat tinggal
Orang yang merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara. Keadaan yang demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk bergantung hingga kegelisahan batinnya hilang.
3)   Perubahan status
Perubahan status, terutama yang berlangsung secara mendadak akan banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang berlainan agama, dan sebagainya.
4)   Kemiskinan
Kondisi sosial ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama. Masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan mendesak akan sandang pangan dapat mempengaruhi.

C.      Proses Konversi Agama
Seseorang atau kelompok yang mengalami proses konversi agama ini, segala bentuk kehidupan batinnya semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama), maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan juga akan berubah. Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama, seperti: harapan, rasa bahagia, keselamatan, dan kemantapan berubah menjadi berlawanan arah. Timbullah gejala-gejala baru berupa, perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk merenung, timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, dan perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.
Perasaan yang berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin, sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurannya. Umumnya apabila gejala tersebut sudah dialami oleh seseorang atau kelompok, maka dirinya menjadi lemah dan pasrah ataupun timbul semacam peledakan perasaan untuk menghindarkan diri dari pertentangan batin itu. Ketenangan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru. Pandangan hidup yang dipilih tersebut merupakan petaruh bagi masa depannya, sehingga ia merupakan pegangan baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai hasil dari pemilihannya tehadap pandangan hidup itu maka bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada tuntutan-tuntutan dan peraturan ada dalam pandangan hidup yang dipilihnya itu berupa ikut berpartisipasi secara penuh. Makin kuat keyakinannya terhadap kebenaran pandangan hidup itu akan semakin tinggi pula nilai bakti yang diberikannya.[7]

Tiap-tiap konversi agama itu melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
1)   Masa tenang
Di saat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi semacam sikap apriori terhadap agama. Keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada dalam keadaan tenang dan tenteram.
2)   Masa ketidaktenangan
Tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin dikarenakan suatu krisis, musibah atau perasaan berdosa yang dialaminya. Hal ini menimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan batinnya, sehingga mengakibatkan terjadi kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa, ragu, dan bimbang. Perasaan seperti itu menyebabkan orang menjadi lebih sensitif dan sugesibel. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide tau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya.
3)   Masa konversi
Tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk Ilahi. Karena di saat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama.[8]
4)   Masa tenang dan tenteram
Masa tenang dan tenteram yang kedua ini berbeda dengan tahap sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketenteraman pada tahap ketiga ini ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru
5)   Masa Ekspresi konversi
Sebagai ungkapan dari sikap menerima terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya tadi, maka tidak tunduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.

D.      Contoh peristiwa konversi agama
1.    Sayyidina Umar ra.
Sayyidina Umar ra sebelum masuk Islam adalah musuh terkuat dari nabi Muhammad saw dalam menyebarkan Islam. Dia diberi tahu bahwa adiknya Fatimah binti Khottob telah masuk Islam dan hidayah tepat datang di muka rumah dimana ia akan melampiaskan nafsu amarahnya, terdengar suara merdu lemah gemulai dari dalam rumah Fatimah beserta keluarganya mengaji bersama membaca surat Thoha. Mendengar begitu suara merdu dan isi bacaannya sangat bagus, susunan katanya rapi bernilai sastra tingkat tinggi melebihi sastra lain buatan ahli sastra Arab saat itu yang terkenal dibidang sastra. Ia masuk ke rumah, bukan marah tetapi ingin tahu apa yang dibaca Fatimah. Setelah dijelaskan ia sadar dan masuk Islam. Akhirnya ia menjadi tokoh Islam. Tentu saja hal ini hidayah Allah dan berkat doa nabi. Tetapi proses dan sebab musababnya melalui kekaguman bunyi al-Quran dan suara pembacanya, melebihi semua hasil sastra yang ada.[9]



2.    Fudail bin Aiyat
Fudail bin Aiyat ini hidup pada zaman Harun Al-Rasyid. Pada permulaan hidupnya, Fudail ini adalah seorang penjahat, suka mencuri dan merampok. Setiap malam, ia selalu melakukan operasi mencuri pada setiap rumah yang bertingkat tinggi. Ia memanjat naik ke atas loteng rumah, yang akan dijadikan sasaran pada malam itu. Setelah sampai di atas loteng, ia mengintip kebawah, terlihat olehnya seorang wanita sedang membaca Al-Qur’an dengan suara yang sayup-sayup sampai. Didengarkannya suara tersebut baik-baik, kebetulan (ayat 16, QS. Al-Hadid)
Artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”. [10]
            Ketika ia mengintip dari atas loteng, tidak ada seorangpun yang tahu. Selesai ayat itu didengarnya, ia meluncur turun dan pulang ke rumahnya, rencana jahatnya semula diurungkan.
Sesudah peristiwa pada malam itu, ia tertarik untuk masuk Islam dan mempelajari ajaran agama Islam dengan tekun.[11] Sampai akhirnya ia menjadi seorang ahli tasawuf yang terkenal pada zaman pemerintahan Harun Al-Rasyid, masalah dunia tidak pernah dipikirkannya lagi, hari-harinya dihabiskan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
            Jika kita analisa kondisi jiwa Fudail pada waktu itu terjadi konversi agama sepintas, karena mendengar ayat Al-Qur’an  yang seolah-olah khusus ditujukan kepadanya, sehingga dia menjadi sadar. Namun kita dapat menduga juga, kemungkinan dia juga mengalami suatu goncangan jiwa.
3.     Syekh Muhammad Djamil Djambek
            Muhammad Djamil Djambek adalah seorang putra dari Kepala Negeri Gurun Panjang Bukittinggi. Pada masa mudanya beliau hidup sebagai seorang yang kurang mengindahkan agama. Segala macam minuman keras dapat beliau kenal. Pada suatu malam ketika beliau sedang melalukan operasinya di Bukittinggi, beliau dikejar orang ramai-ramai. Beliau sempat melarikan diri dan bersembunyi di dalam suatu sungai. Orang ramai yang mengejarnya pun mencarinya cukup lama, tapi mereka tidak menemukannya. Pemuda Muhammad Djamil tersebut tidak berani keluar dari persembunyiannya, dan tinggallah dia dalam sungai tersebut sampai pagi. Pada waktu subuh didengarnya suara adzan subuh dari Masjid Tengah Sawah. Hatinya tergugah untuk ketika mendengarnya. Selesai adzan, ia segera pulang dan meminta kepada bapaknya agar dikirim ke Mekkah untuk belajar. Permintaannya dikabulkan oleh ayahnya dan berangkat ke Mekkah untuk mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan dan ajaran Islam disana.[12]
            Ia bermukim di Mekkah lama, kemudian pulang membawa pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan agama di Minangkabau.[13] Kemudian ia terkenal dengan Syekh Muhammad Djamil Djambek, ahli hisab dan ahli falak, yang sampai sekarang orang-orang di Minangkabau sangat terpengaruh oleh ajaran beliau, sekolah dan surau yang beliau dirikan di tengah-tengah kota Bukittinggi sampai sekarang masih tetap berlimpah pengunjungnya, walaupun beliau sudah wafat.
            Dari riwayat singkat Syekh Muhammad Djamil Djambek, kita dapat jadikan suatu kejadian konversi agama secara mendadak. Dari seorang yang tidak mengindahkan agama sama sekali, berubah menjadi seorang yang tekun beragama bahkan menjadi seorang pemuka agama yang membawa perubahan besar pada alam pikiran masyarakat Minangkabau.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Pengertian konversi agama menurut bahasa ialah berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain. Sementara itu konversi agama menurut istilah ialah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2.      Faktor yang melatarbelakangi konversi agama berasal dari dalam diri (intern) dan dari lingkungan (ekstern). Faktor intern diantaranya ialah kepribadian dan faktor pembawaan. Sedangkan faktor ekstern diantaranya ialah keluarga, lingkungan tempat tinggal, perubahan status, dan kemiskinan.
3.      Proses konversi agama dimulai dari masa tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Setelah masa tenang, maka akan dilanjutkan dengan masa ketidaktenangan dikarenakan suatu krisis, musibah, ataupun perasaan berdosa yang dialaminya. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya. Setelah konflik batin mengalami peredaan, karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi atupun timbulnya rasa pasrah, maka terjadilah proses konversi agama. Selanjutnya ialah masa tenaang dan tentram oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil. Proses yang terakhir adalah masa ekspresi konversi yaitu sebagai ungkapan dari sikap menerima terhadap konsep baru dari agama yang diyakini dan dipilihnya tersebut.
4.    Tokoh-tokoh Islam yang pernah mengalami konversi agama diantaranya Sayyidina Umar ra., Fudail bin Aiyat, dan Syekh Muhammad Djamil Djambek.

B.     SARAN
1.      Bagi calon pendidik, sebaiknya bisa lebih meningkatkan lagi kemampuan-kemampuan yang dimiliki, terutama dalam bidang hukum agama. Hal ini perlu dilakukan  agar nantinya para calon pendidik tersebut serasa lebih siap dalam menghadapi dunia pendidikan yang sebenarnya.
2.      Bagi pendidik, sebaiknya juga selalu meningkatkan kemampuannya agar mereka dapat memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak didiknya, serta dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan.
3.      Bagi tokoh masyarakat dan pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan, sebaiknya selalu bijaksana dalam bertindak, menentukan keputusan sesuai dengan kriteria-kriteria pendidikan yang baik demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.

C.    HARAPAN
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan kita tentang konversi agama. Dengan mengetahui pembahasan konversi agama kita akan menjadi manusia yang cerdas dalam ilmu agama, terutama dalam bidang hukum Islam


DAFTAR RUJUKAN

Baharuddin, Mulyono. Psikologi Agama dalam Prespektif Islam. 2008. Malang. UIN-MALANG PRESS (Anggota IKAPI).

Darajat, Zakiah.  Ilmu Jiwa Agama. 2003. Jakarta. PT Bulan Bintang.

H. Thouless, Robert. Pengantar Psikologi Agama. 2000. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada.

Jalaluddin. Psikologi Agama. 2004. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

.


[1] Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2000, 189.
[2] Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004, 265.
[3] Ibid…266.
[4] Ibid… 267.
[5] Ibid…268.
[6] Ibid…270.
[7] Ibid… 271.
[8] Ibid… 274.
[9] Baharuddin, Mulyono, Psikologi Agama dalam Prespektif Islam, Malang, UIN-MALANG PRESS (Anggota IKAPI), 2008, 217.
[10] Zakiah Darajat,  Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, PT Bulan Bintang, 2003, 178.

[12] Ibid…181.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar