BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Faham Ahlussunah wal jama’ah saat
ini terasa penting untuk diketahui dan dipedomani oleh generasi muda, terutama
oleh generasi muda Nahdlatul ulama’. Karena saat ini banyak kelompok- kelompok
yang menyatakan diri sebagai kelompok ahlussunah wal jama’ah namun hanya
sekedar symbol dalam organisasinya saja, Sedangkan gerakan- gerakan yang
dilakukan sudah tidak sesuai dengan aqidah, syari’ah dan mu’amalah yang
digariskan oleh faham ahli sunnah wal jama’ah itu sendiri. Mereka lebih
cenderung mengikuti gerakan faham keagamaan yang liberal dan ekstrim.
Nahdlatul Ulama’ sebagai organisasi
social keagamaan yang terang- terangan menganut dan membela Islam faham
ahlissunnah wal jama’ah sekarang terasa asing bagi generasi mudanya. Oleh
karena itu jika tidak ada upaya sosialisasi yang serius tentang aswaja dan ke
NU an kepada generasi muda dan tokoh masyarakat, maka bukan mustahil jika pada
suatu saat NU akan ditinggalkan oleh generasi muda dan tokoh masyarakat. Term Ahlussunnah banyak di pakai setalah
munculnya aliran Asy’ari dan Maturidiyah, aliran-aliran yang menentang
ajaran-ajaran Mu’tazilah. Dalam pemikiran Islam, baik dibidang filasafat,dan
ilamu kalam,apa lagi di bidang ilmu fiqih,akal tidak pernah membatalkan wahyu.
Akal tetap tunduk kepada wahyu. teks wahyu tetap di anggap benar,akal untuk di
memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
pengertian ahlussunnah wal jamaah?
2.
Bagaiman
sejarah ahlus sunnah wal jama’ah?
3.
Siapa
tokoh-tokoh ahlussunnah wal jama’ah ?
4.
Bagaimana sifat dan karakter ahlus sunnah wal
jama’ah?
5.
Bagaimana pendapat ahlus sunnah wal jama’ah?
C.
TUJUAN
MASALAH
1. Mengetahui pengertian ahlussunnah wal jamaah.
2. Mengetahui sejarah ahlussunnah wal jama’ah.
3. Mengetahui tokoh-tokoh ahlussunnah wal jama’ah.
4. Mengetahui sifat dan karakter ahlussunnah
wal jama’ah.
5. Mengetahui pendapat ahlussunnah wal
jama’ah.
D.
BATASAN
MASALAH
Dalam makalah ini, kami membatasi pembahasan hanya mengenai
pengertian ahlussunnah wal jamaah.sejarah ahlus sunnah wal jama’ah, tokoh-tokoh
ahlussunnah wal jama’ah, sifat dan
karakter ahlus sunnah wal jama’ah, pendapat ahlus sunnah wal jama’ah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
Ahlussunah wal jamaah terdiri dari tiga kata,
yaitu “ahlun” berarti keluarga atau golongan. As-Sunnah dan, Al- Jamaah .
As-Sunnah secara bahasa berasal dari
kata: "sanna yasinnu", dan "yasunnu sannan", dan
"masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna amr"
artinya menerangkan (menjelaskan) perkara.
Menurut
istilah As-sunnah yaitu petunjuk yang telah ditempuh oleh
rasulullah SAW dan para Sahabatnya baik berkenaan dengan ilmu, ‘aqidah,
perkataan, perbuatan maupun ketetapan.
Sedangkan pengertian Jama’ah secara bahasa
yaitu Jama'ah diambil dari kata "jama'a" artinya mengumpulkan sesuatu,
dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Seperti kalimat
"jama'tuhu" (saya telah mengumpulkannya); "fajtama'a" (maka
berkumpul).
Pengertian
Jama'ah Secara Istilah (Terminologi): Yaitu kelompok kaum muslimin ini, dan mereka
adalah pendahulu ummat ini dari kalangan para sahabat, tabi'in dan orang-orang
yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat, dimana mereka
berkumpul berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan
yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik secara lahir maupun bathin.
Jadi Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah golongan
umat Islam yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya
dan orang-orang yang mengikuti jejak dan jalan mereka, baik dalam hal ‘aqidah,
perkataan maupun perbuatan, juga mereka yang istiqamah (konsisten) dalam
ber-ittiba' (mengikuti Sunnah Nabi SAW) dan menjauhi perbuatan bid'ah. Mereka
itulah golongan yang tetap menang dan senantiasa ditolong oleh Allah sampai
hari Kiamat. [1]
Pengertian
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Secara Ringkas
Bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah suatu
golongan yang telah Rasulullah SAW janjikan akan selamat di antara
golongan-golongan yang ada. Landasan mereka bertumpu pada ittiba'us sunnah
(mengikuti as-Sunnah) dan menuruti apa yang dibawa oleh nabi baik dalam masalah
‘aqidah, ibadah, petunjuk, tingkah laku, akhlak dan selalu menyertai jama'ah
kaum Muslimin.
Dengan
demikian, maka definisi Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak keluar dari definisi
Salaf. Dan sebagaimana telah dikemukakan bahwa salaf ialah mereka yang
mengenalkan Al-Qur-an dan berpegang teguh dengan As-Sunnah. Jadi Salaf adalah
Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Nabi SAW. Dan ahlus sunnah adalah Salafush
Shalih dan orang yang mengikuti jejak mereka.
Pengertian
Ahlussunah Wal Jamaah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. yaitu sesuai dengan
maksud Hadits Nabi yang diriwayatkan olh Imam Thabrani, yaitu:
افْتَرَقَتِ
الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى
ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ
وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ
الْجَمَاعَةُ
“Telah terpecah orang–orang
Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah
orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan
ia adalah Al-Jama’ah”.
B.
SEJARAH
AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Dahulu di zaman Rasulullaah SAW. kaum muslimin dikenal
bersatu, tidak ada golongan ini dan tidak ada golongan itu, tidak ada syiah ini
dan tidak ada syiah itu, semua dibawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW.
Bila ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat,
mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW. itulah yang membuat para
sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun
dalam urusan duniawi.
Kemudian setelah Rasulullah SAW. wafat, benih-benih
perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali kw. menjadi
khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik, sedang akidah
mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih
penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang
dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syiah (Rawafid).
Tapi setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan
dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang
bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.
Saat itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian
dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan
dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain.
Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan
orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan
diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya.
Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan
golongannya dan akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah. Jadi golongan Ahlus Sunnah
Waljamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus
shohabah.
Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW : bahwa golongan
yang selamat dan akan masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan
yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah SAW) kerjakan bersama
sahabat-sahabatku.
Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah
akidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah dan golongan Ahlus Sunnah
Waljamaah adalah umat Islam. Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah
Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan
ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan
yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW yang berarti menyimpang dari ajaran
Islam.
Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah
ada sebelum Allah menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam
Hambali. Begitu pula sebelum timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya
kelompok-kelompok sempalan.
Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita
sepakat bahwa Ahlul Bait adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi SAW. dan
mereka tidak menyimpang dari ajaran nabi. Mereka tidak dari golongan ahli
bid’ah, tapi dari golongan Ahlus Sunnah.
Pengenalan akan siapa
sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah ditekankan sejak jauh-jauh hari oleh
Rasulullah r kepada para sahabatnya ketika beliau berkata kepada mereka :
افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ
فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي
النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh
(golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua
firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh
semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih
dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil
dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.
Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita
saksikan pada zaman ini yang mana hal tersebut merupakan suatu ketentuan yang
telah ditakdirkan oleh Allah I Yang Maha Kuasa dan merupakan kehendak-Nya yang
harus terlaksana dan Allah I Maha Mempunyai Hikmah dibelakang hal tersebut.
Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan
hikmah terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun
‘Anil Firaq cet. Darus Salaf hal.23-24 beliau berkata : “(Perpecahan dan
perselisihan-ed.) merupakan hikmah dari Allah I guna menguji hamba-hambaNya
hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan
hawa nafsu dan sikap fanatisme.
Allah
berfirman :
ألم أَحَسِبَ
النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُون
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ
صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين َ(العنكبوت 1-3)
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu
saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh
Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia Maha Mengetahui
orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabut : 29 / 1-3).
C.
TOKOH-TOKOH
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
1.
AL-ASY’ARI
a. Riwayat Singkat Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan
Ali Bin Isma’il bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin
Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari.[2]Menurut beberapa riwayat , Al-asy’ari lahir di Bashrah pada tahun
260 H/875 M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Bagdad dan
wafat di sana pada ahun 324H/935M.
Menurut Ibn Asakir, ayah Al-Asy’ari adalah
seorang yang berpaham Ahlussnnah dan ahli Hadis. Ia wafat ketika
Al-asy’ari masih kecil. Sebelum wafat, ia berwasiat kepada sahabatnya yang bernama
Zakaria bin Yahya As-Saji agar mendidik Al-asy’ari. Ibu Al-Asy’ari
sepeninggal ayahnya menikah lagi dengan tokoh Mu’tazilah yang bernama Abu Ali
Al-Jubba’I (w.303 H/915 M), ayah kandung
Abu Hasyim Al-Jubba’I (w. 321 H/932 M), Berkat didikan
ayah tirinya Al-Asy’ari kemudian menjadi tokoh Mu’tazilah. Ia
sering menggantikan Al-Jubba’I dalam perdebatan menentang lawan-lawan
Mu’tazilah selain itu, banyak menuls buku yang membela alirannya.[3]
Al-Asy’ari menganut faham Mu’tazilahhanya sampai ia berusia 40 tahun. Setelah
itu secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jama’ah masjid Basrah bahwa
dirinya telah meninggalkan faham Mu’tazilah.
b.
Pemikiran-pemikiran
Al-Asy'ari antara lain:
1) Tuhan-tuhan dan sifat-sifatnya
2) Kebebasan dalam berkehendak
3) Akal dan wahyu dan kreteria baik dan buruk
4) Qadimnya Al-qur’an
5) Melihat allah
6) Keadilan
7) Kedudukan orang berdosa
2.
AL-MATURIDI
a. Riwayat Singkat Al-Muturidi
Abu Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di Semarkand, wilayah
Trmsoxiana di Asia Tenggara, daerah tersebut sekarang di sebut Uzbekistan.
Tahun kelahiranya tidak di ketahui pasti, hanya perkiraan sekitar
pertengahan abad ke 3H. Beliau wafat pada tahun 333H/944M.
Karir pndidikan Al-Maturidi lebih cenderung untuk menekuni bidang teologi daripada fiqih. Ini
di lakukan untuk memperkuat pengetahuan dalm menghadapi faham-faham teologi
yang banyak berkembang pada masyarakat islam, yang dipandangnya tidak sesuai
dengan pemikiran atau kaidah yang benar menurut akal dan syara.
b. Doktrin-doktrin Teologi Al-Maturidi
1) Akal dan Wahyu
Dalam pemikiran teologinya, Maturidi mendasarkan pada
Al-qur’an dan akal. Dalam hal ini, ia sama dengan Asy’ari.
Namun porsi yang di berikan kepada akal lebih besar dari pada yang di berikan
oleh Al-Asy’ari. Menurut Al-Maturidi
mengetahui tuhan dan kewajiban mengetahui tuhan dapat di ketahui dengan akal.
Kemammpuan akal dalam mengetahui dua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat
Al-Qur’an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha
memperoleh pengetahuan dan keimananya terhadap Allah melalui pengamatan dan
pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya.
a)
Pebuatan Manusia
Menurut Al-Maturidi
perbuatan manusia adalah ciptaan tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini
adalah ciptaanya, Khususnya menngenai perbuatan manusia, kebijakan dan keadilan
kehendak tuhan mengharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) dan
kebijakan.
b)
Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Allah
Telah diuraikan di atas
bahwa perbuatan manusia dan segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang
buruk adalah ciptaan Tuhan. Akan tetapi pernyataan ini menurut Al-Maturidi bukan berarti
bahwa tuhan berbuat dan berkehendak dengan sewenang-wenang serta sekehendaknya
semata. Hal ini karena kodrat tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi
perbuatan dan kehendak-Nya berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang
sudah ditetapkan-Nya sendiri.
c)
Sifat Tuhan
Berkaitan dengan masalah
sifat tuhan, terhadap persamaan antara pemikiran Al-Maturidi dan Al-Asy’ari.
Keduanya berpendapat bahwa tuhan mempunyai sifat-sifat, seperti sama’,
bashar,dan sebagainya.[4] Pengertian AL-Maturidi tentang sifat tuhan berbeda dengan Al-Asy’ari .
AL-Asy’ari mengartikan sifat tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat, melainkan
melekat dengan dzat itu sendiri, sedang Al-Maturidi berpendapat bahwa sifat itu
tidak di katakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula lain dari esensi-Nya.
d)
Melihat Tuhan
AL-Maturidi lebih lanjut
mengatakan bahwa Tuhan kelak di akhirat dapat di lihat dengan mata, karena
tuhan mempunyai wujud walaupu Ia immaterial. Namun melihat tuhan ,kelak di
khirat tidak dalam bentuknya (bila kaifa), karena keadaan di akhirat tidak sama
dengan keadaan di dunia.
e)
Kalam Tuhan
Al-Maturidi membedakan
antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda
yang sebenarnya atau makna abtrak). KALAM NAFSI adalah sifat kadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadis).
AL-Qur’an dalm arti kalam yang tersusun dari huruf dan kata-kata adalah
baharu.( baharu ).kalam nafsi tidak dapat di ketahui hakikitnya dan bagaimana Allah bersifat dengannya (bila
kaifa) tidak dapat kita ketahui ,kecuali dengan suatu peran tara.[5]
f)
Perbuatan Tuhan
Tuhan tidak wajib berbuat
ash-shalah wa al-ashlah (yang baik dan terbaik bagi manusia).[6] Setiap perbuatan Tuhan yang bersifat
mencipta dan kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepada manusia tidak lepas
dari hikmah dan keadilan yang di kehendakinya.
g)
Pengutusan Rosul
Pandangan Al-Maturidi ini
tidak jauh berbeda dengan pandangan Mu’tazilah yang berpendapat bahwa
pengutusan rosul ke tengah-tengah umatnya kewajiban Tuhan agar manusia dapat
berbuat baik dan terbaik dalam kehidupanya.[7]
h)
Pelaku Dosa Besar
Hal ini karena tuhan telah
menjajikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatanya.
Kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang yang berbuat dosa syirik.
Dengan demikian berbuat dosa besar selain syirik tidak akan menyebabkan
pelakunya kekal di dalam neraka. Oleh karena itu, perbuatan dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseorang kafir atau murtad. Menurut
Al-Maturidi,
imam itu cukup dengan tashdig dan iqrar, sedangkan amal adalah
penyempurnaan imam. Oleh karena itu, amal tidak akan menambah atau mengurangi
esensi iman,kecuali hanya menambah atau mengurai esensi iman, kecuali hanya
menambah atau mengurangi sifatnya saja.
D. SIFAT DAN KARAKTER AHLUS SUNNAH WAL
JAMA’AH
Sifat dan karakter ahlus sunnah wal jama’ah antara
lain yaitu:
1.
Mereka
adalah pemegang tali Allah.
2.
Mereka
adalah suri tauladan yang baik dan penuntun jalan yang benar.
3.
Mereka
tidak menyebut dirinya dengan nama lain selain yang digunakan salafus-saleh.
4.
Mereka
selalu mengikuti as-Sunnah dan tidak mengikuti bid’ah.
5.
Mereka
selalu membangkitkan semangat jihad dan mengajak kepada kebaikan serta melarang
kejahatan (Ihyaa faridlatul jihad wal
munaafah).
6.
Mereka
adalah ahlul hadits, Riwayah dan Dlirayah.
7.
Mereka
orang yang selalu dirindukan.
8.
Mereka
selalu berada di tengah-tengah (al-wasath)
teguh tanpa berlebihan (I’tidaal).
9.
Sumber
dari syari’at mereka adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman
sahabat dalam setiap masalah agama.
10.
Mereka
tidak memuliakan seorang pria, wanita, malaikat, ataupun batu dengan nama
tertentu kecuali yang diberikan Rasulullah saja.
11.
Mereka
menolak takwil dan tunduk terhadap syari’at berdasarkan pemahaman sahabat.
12.
Mereka
mengedepankan wahyu sebelum akal.
13.
Mereka
bersatu karena kecerdasan tanpa bertemu atau mendeklarasikan diri
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa kelompok Ahlus Sunnah wal
Jama’ah berdiri atas dasar agama dan berpegang teguh terhadap sunnah, menolak
bid’ah, melawan bid’ah dan ahlul bid’ah. Mereka bersatu dalam kesatuan akidah
sepanjang masa dan bersuka cita atas persatuan kaum muslimiin karena kebenaran
(al-haq), serta menolak perpecahan umat karena perselisihan golongan dan
perbedaan.[8]
E. PENDAPAT AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Ada beberapa pendapat ahlus sunnah wal jama’ah yaitu
tentang:
1. At-Tauhid
Mereka
meyakini bahwa at-Tauhid adalah “Tunduk, taat, dan beribadah semata-mata kepada
Allah” dan memiliki dua pilar berikut:
a.
Kufur bith Thaghut, mengingkari
atau tidak beriman kepada semua Tuhan yang salah (Thaghut).
b.
Iman Billah, menyatakan
iman hanya kepada Allah swt.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah beriman semata-mata kepada Allah swt.
Dalam seluruh nama dan sifat-Nya tanpa mengalihkan sifat-sifat Allah swt.
Kepada yang lain
2.
At-Takfir
Mereka
meyakini bahwa takfir adalah kebenaran dari Allah dan menciptakan penyucian dan
perlindungan tauhid seseorang. Takfir akan menjamin hukum-hukum Allah terjaga
dan terjamin serta batas-batas islam tidak dilanggar. Mereka membuat takfir
bagi siapa saja yang menyatakan kekufuran secara terang-terangan dan tidak
memiliki pencegahan terhadap takfir atas mereka.
3.
Al-Qadar
Mereka
meyakini bahwa perbuatan atau kita adalah ciptaan Allah swt. Kita percaya bahwa
manusia memiliki kehendak dan harapan untuk melakukan sesuatu atau tidak. Allah
memiliki kehendak dan tidak berharap apa-apa dari perbuatan manusia yang
dilakukan tanpa kehendak dan harapan Allah. Karena Allah telah berfirman “Aku mencitakanmu dan perbuatanmu”
4.
Al-Masaadarud
Din (Dasar Agama)
Ahlus
Sunnah wal Jama’ah mengatakan bahwa sumber hukum dari Agama Islam adalah
Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman sahabat. Mereka juga
menyertakan ijma’ sahabat sebagai bukti.
5.
Al-Qur’an
Ahlus
Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Al-Qur’an itu adalah kalamullah yang hakiki
dalam kenyataan serta dapat didengar dan dibaca. Al-Qur’an adalah kakta-kata
dengan makna dan merupakan perkataan Allah.
6.
Hadits
Mereka
meyakini bahwa hadits shahih adalah hujjah (dalil) untuk seluruh persoalan
agama. Mereka tidak membedakan antara akidah dan syari’at, dan mengatakan bahwa
seluruh persoalan agama dapat diambil dari hadits ahad maupun mutawatir.
7.
Sahabat
Ahlus
Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa seluruh sahabat adalah orang yang dapat
dipercaya. Pendapat-pendapat mereka adalah hujjah yang menjadi panduan bagi
kita, mengikat kita dan kita tidak akan menyangkal baik itu perbedaan pendapat
di antara mereka karena semua dalam persoalan yang haq mmaupun ijtihad diantara mereka. Ada banyak bukti
baik itu di dalam Al-Qur’an maupun hadits (banyak hadits) yang bersaksi atas
sahabat, kekuatan iman mereka, serta kecintaan Allah swt pada mereka.
8.
Tanda-tanda
kerasulan
Ahlus
Sunnah wal Jam’ah meyakini bahwa ada banyak kemukjizatan dan tanda-tanda
kerasulan selain Al-Qr’an.
9.
Asy-Syahadah
Mereka
tidak bersaksi bahwa seseorang masuk surga kecuali bagi mereka yang Allah telah
nyatakan bagi kita. Bagi mereka yang masih hidup, kita tidak bersaksi apakah
mereka masuk neraka atau surga. ketika mereka meninggal kita juga tidak
bersaksi bahwa mereka dijamin surga. Mereka tidak mengatakan “Ini atau itu
syahid”. Akan tetapi, kita mengatakan, InsyaAllah dia syahid.
10.
Al-Istinaa’
(Gelar)
Mereka
mengatakan Insya Allah, sebagai contoh, “Dia syahid, Insya Allah” atau “Saya
seorang mukmin, insya Allah.” Mereka tidak memuji diri sendiri atau orang lain
kecuali mereka yang dipuji oleh Allah.[9]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian Jama'ah Secara Istilah
(Terminologi): Yaitu kelompok
kaum muslimin ini, dan mereka adalah pendahulu ummat ini dari kalangan para
sahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai
hari kiamat, dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah dan
mereka berjalan sesuai dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik
secara lahir maupun bathin. Adapun aliran Ahlussunnah wal jama’ah adalah
Al-Asy’ari dan Al- Maturidi. Dari segi etosnya, pergerakan tersebut memiliki semangat ortodoks.
Aktualitas formulasinya jelas menampakan sifat yang reaksionis terhadap
Mu’tazilah , sebuah reaksi yang kullabiah.
B. SARAN
Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengharap
semoga bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan umumnya bagi pembaca.Penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kritik dan
saran demi perbaikan dan pengembangan makalah ini sangat kami harapkan. Tak terlepas kurangan-kekurangan
makalah ini,kami berharab teman-teman mengkritisi kekurangan kami, semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadikan amal saleh bagi kami,ami,yaa
Rabbal ‘Alamin
DAFTAR RUJUKAN
Hammudah
Gurabah Abu Hasan Al-Asy’ari, Al-Hai’at
Al-Ammah li syu’un Al-Mathabi, AL-Amariah ,kairo, 1973
Omar Bakri
Muhammad Syekh, Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah,
Jakarta, gema insane, 2005
Qasim mahmud, fi Ilm AL kalam , maktabah AL-anglo
AL-misiriah,kairo,1969
Thoha Ashad, Pendidikan
Aswaja dan KE-NU-AN, Surabaya. MYSKAT PW LP Maarif NU Jatim,2006
http ://
irfansyam. blogspot. com /2012 /05 /pemikiran- akhlusunnah-wal-jamaah.html.
http
:// albayyinat. net /jwb4t. html.
http
://alislamu.com /aqidah /691- definisi- ahlu-sunnah-wal-jamaah. html.
[1] Arifin,Pendidikan aswaja/ ke NU an, Surabaya, lembaga
pendidikan,1996,hal.1
[2] Muhammad Imarah mazhab al-islamiyah,dari iil li
al—malayin,1984,hlm. 497.
[3] Hammudah Gurabah Abu
Hasan Al-Asy’ari, Al-Hai’at Al-Ammah li syu’un Al-Mathabi AL-Amariah
,kairo, 1973,hlm.60-61.
[4] . Abu Zahra op, cit, hlm,
181-182. Lihat Mahmud Qasim, Di rasat FI Al- Fasalfah Al-Islamiyah Dar
Alma’arif mesir .1973,hlm, 171.
[8] Syekh omar bakri Muhammad, ahlus sunnah wal jama’ah, Jakarta,
gema insane, 2005,hal.119
[9] Ibid, hal.78
Tidak ada komentar:
Posting Komentar