Jumat, 24 Mei 2013

ahlussunnah wal jamaah


BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Faham Ahlussunah wal jama’ah saat ini terasa penting untuk diketahui dan dipedomani oleh generasi muda, terutama oleh generasi muda Nahdlatul ulama’. Karena saat ini banyak kelompok- kelompok yang menyatakan diri sebagai kelompok ahlussunah wal jama’ah namun hanya sekedar symbol dalam organisasinya saja, Sedangkan gerakan- gerakan yang dilakukan sudah tidak sesuai dengan aqidah, syari’ah dan mu’amalah yang digariskan oleh faham ahli sunnah wal jama’ah itu sendiri. Mereka lebih cenderung mengikuti gerakan faham keagamaan yang liberal dan ekstrim.
Nahdlatul Ulama’ sebagai organisasi social keagamaan yang terang- terangan menganut dan membela Islam faham ahlissunnah wal jama’ah sekarang terasa asing bagi generasi mudanya. Oleh karena itu jika tidak ada upaya sosialisasi yang serius tentang aswaja dan ke NU an kepada generasi muda dan tokoh masyarakat, maka bukan mustahil jika pada suatu saat NU akan ditinggalkan oleh generasi muda dan tokoh masyarakat. Term Ahlussunnah banyak di pakai setalah munculnya aliran Asy’ari dan Maturidiyah, aliran-aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah. Dalam pemikiran Islam, baik dibidang filasafat,dan ilamu kalam,apa lagi di bidang ilmu fiqih,akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk kepada wahyu. teks wahyu tetap di anggap benar,akal untuk di memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu.
B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengertian ahlussunnah wal jamaah?
2.      Bagaiman sejarah ahlus sunnah wal jama’ah?
3.      Siapa tokoh-tokoh ahlussunnah wal jama’ah ?
4.      Bagaimana sifat dan karakter ahlus sunnah wal jama’ah?
5.      Bagaimana pendapat ahlus sunnah wal jama’ah?

C.  TUJUAN MASALAH
1.    Mengetahui pengertian ahlussunnah wal jamaah.
2.    Mengetahui sejarah ahlussunnah wal jama’ah.
3.    Mengetahui tokoh-tokoh ahlussunnah wal jama’ah.
4.    Mengetahui sifat dan karakter ahlussunnah wal jama’ah.
5.    Mengetahui pendapat ahlussunnah wal jama’ah.

D.  BATASAN MASALAH
Dalam makalah ini, kami membatasi pembahasan hanya mengenai pengertian ahlussunnah wal jamaah.sejarah ahlus sunnah wal jama’ah, tokoh-tokoh ahlussunnah wal jama’ah, sifat dan karakter ahlus sunnah wal jama’ah, pendapat ahlus sunnah wal jama’ah.














BAB II
PEMBAHASAN
A.  PENGERTIAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
Ahlussunah wal jamaah terdiri dari tiga kata, yaitu “ahlun” berarti keluarga atau golongan. As-Sunnah dan, Al- Jamaah .
As-Sunnah  secara bahasa berasal dari kata: "sanna yasinnu", dan "yasunnu sannan", dan "masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna amr" artinya menerangkan (menjelaskan) perkara.
Menurut istilah As-sunnah yaitu petunjuk yang telah ditempuh oleh rasulullah SAW dan para Sahabatnya baik berkenaan dengan ilmu, ‘aqidah, perkataan, perbuatan maupun ketetapan.
Sedangkan pengertian Jama’ah secara bahasa yaitu Jama'ah diambil dari kata "jama'a" artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Seperti kalimat "jama'tuhu" (saya telah mengumpulkannya); "fajtama'a" (maka berkumpul).
Pengertian Jama'ah Secara Istilah (Terminologi): Yaitu kelompok kaum muslimin ini, dan mereka adalah pendahulu ummat ini dari kalangan para sahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat, dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik secara lahir maupun bathin.
Jadi Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah golongan umat Islam yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak dan jalan mereka, baik dalam hal ‘aqidah, perkataan maupun perbuatan, juga mereka yang istiqamah (konsisten) dalam ber-ittiba' (mengikuti Sunnah Nabi SAW) dan menjauhi perbuatan bid'ah. Mereka itulah golongan yang tetap menang dan senantiasa ditolong oleh Allah sampai hari Kiamat. [1]
Pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Secara Ringkas
Bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah suatu golongan yang telah Rasulullah SAW janjikan akan selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka bertumpu pada ittiba'us sunnah (mengikuti as-Sunnah) dan menuruti apa yang dibawa oleh nabi baik dalam masalah ‘aqidah, ibadah, petunjuk, tingkah laku, akhlak dan selalu menyertai jama'ah kaum Muslimin.
Dengan demikian, maka definisi Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak keluar dari definisi Salaf. Dan sebagaimana telah dikemukakan bahwa salaf  ialah mereka yang mengenalkan Al-Qur-an dan berpegang teguh dengan As-Sunnah. Jadi Salaf adalah Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Nabi SAW. Dan ahlus sunnah adalah Salafush Shalih dan orang yang mengikuti jejak mereka.
Pengertian Ahlussunah Wal Jamaah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. yaitu sesuai dengan maksud Hadits Nabi yang diriwayatkan olh Imam Thabrani, yaitu:
افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”.
B.  SEJARAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Dahulu di zaman Rasulullaah SAW. kaum muslimin dikenal bersatu, tidak ada golongan ini dan tidak ada golongan itu, tidak ada syiah ini dan tidak ada syiah itu, semua dibawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW.
Bila ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW. itulah  yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.
Kemudian setelah  Rasulullah SAW. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali kw. menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syiah (Rawafid).
Tapi setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.
Saat itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya.
Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah. Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah.
Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW : bahwa golongan yang selamat dan akan masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah SAW) kerjakan bersama sahabat-sahabatku.
Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah  dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat Islam.  Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW yang berarti menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali. Begitu pula sebelum timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.
Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat bahwa Ahlul Bait adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi SAW. dan mereka tidak menyimpang dari ajaran nabi. Mereka tidak dari golongan ahli bid’ah, tapi dari golongan Ahlus Sunnah.
Pengenalan akan siapa sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah ditekankan sejak jauh-jauh hari oleh Rasulullah r kepada para sahabatnya ketika beliau berkata kepada mereka :
 افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.
Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita saksikan pada zaman ini yang mana hal tersebut merupakan suatu ketentuan yang telah ditakdirkan oleh Allah I Yang Maha Kuasa dan merupakan kehendak-Nya yang harus terlaksana dan Allah I Maha Mempunyai Hikmah dibelakang hal tersebut.
 Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun ‘Anil Firaq cet. Darus Salaf hal.23-24 beliau berkata : “(Perpecahan dan perselisihan-ed.) merupakan hikmah dari Allah I guna menguji hamba-hambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa nafsu dan sikap fanatisme.
Allah  berfirman :
ألم أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُون وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين َ(العنكبوت 1-3
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia Maha Mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabut : 29 / 1-3).
C.  TOKOH-TOKOH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
1.    AL-ASY’ARI
a.    Riwayat Singkat Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan Ali Bin Isma’il bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari.[2]Menurut beberapa riwayat , Al-asy’ari lahir di Bashrah pada tahun 260 H/875 M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Bagdad dan wafat di sana pada ahun 324H/935M.
Menurut Ibn Asakir, ayah Al-Asy’ari adalah seorang yang berpaham Ahlussnnah dan ahli Hadis. Ia wafat ketika Al-asy’ari masih kecil. Sebelum wafat, ia berwasiat kepada sahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As-Saji agar mendidik Al-asy’ari. Ibu Al-Asy’ari sepeninggal ayahnya menikah lagi dengan tokoh Mu’tazilah yang bernama Abu Ali Al-Jubba’I (w.303 H/915 M), ayah kandung Abu Hasyim Al-Jubba’I (w. 321 H/932 M), Berkat didikan ayah tirinya Al-Asy’ari kemudian menjadi tokoh Mu’tazilah. Ia sering menggantikan Al-Jubba’I dalam perdebatan menentang lawan-lawan Mu’tazilah selain itu, banyak menuls buku yang membela alirannya.[3] Al-Asy’ari menganut faham Mu’tazilahhanya sampai ia berusia 40 tahun. Setelah itu secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jama’ah masjid Basrah bahwa dirinya telah meninggalkan faham Mu’tazilah.
b.    Pemikiran-pemikiran Al-Asy'ari antara lain:
1)   Tuhan-tuhan dan sifat-sifatnya
2)   Kebebasan dalam berkehendak
3)   Akal dan wahyu dan kreteria baik dan buruk
4)   Qadimnya Al-qur’an
5)   Melihat allah
6)   Keadilan
7)   Kedudukan orang berdosa

2.    AL-MATURIDI
a.       Riwayat Singkat Al-Muturidi
Abu Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di Semarkand, wilayah Trmsoxiana di Asia Tenggara, daerah tersebut sekarang di sebut Uzbekistan. Tahun kelahiranya tidak di ketahui pasti, hanya perkiraan sekitar pertengahan abad ke 3H. Beliau wafat pada tahun 333H/944M.
Karir pndidikan Al-Maturidi lebih cenderung untuk menekuni bidang teologi daripada fiqih. Ini di lakukan untuk memperkuat pengetahuan dalm menghadapi faham-faham teologi yang banyak berkembang pada masyarakat islam, yang dipandangnya tidak sesuai dengan pemikiran atau kaidah yang benar menurut akal dan syara.
b.      Doktrin-doktrin Teologi Al-Maturidi
1)   Akal dan Wahyu
Dalam pemikiran teologinya, Maturidi mendasarkan pada Al-qur’an dan akal. Dalam hal ini, ia sama dengan Asy’ari. Namun porsi yang di berikan kepada akal lebih besar dari pada yang di berikan oleh Al-Asy’ari. Menurut Al-Maturidi mengetahui tuhan dan kewajiban mengetahui tuhan dapat di ketahui dengan akal. Kemammpuan akal dalam mengetahui dua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimananya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya.
a)    Pebuatan Manusia
Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaanya, Khususnya menngenai perbuatan manusia, kebijakan dan keadilan kehendak tuhan mengharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) dan kebijakan.
b)   Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Allah
Telah diuraikan di atas bahwa perbuatan manusia dan segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Tuhan. Akan tetapi pernyataan ini menurut Al-Maturidi bukan berarti bahwa tuhan berbuat dan berkehendak dengan sewenang-wenang serta sekehendaknya semata. Hal ini karena kodrat tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan kehendak-Nya berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.
c)    Sifat Tuhan
Berkaitan dengan masalah sifat tuhan, terhadap persamaan antara pemikiran Al-Maturidi dan Al-Asy’ari. Keduanya berpendapat bahwa tuhan mempunyai sifat-sifat, seperti sama’, bashar,dan sebagainya.[4] Pengertian AL-Maturidi tentang sifat tuhan berbeda dengan Al-Asy’ari . AL-Asy’ari mengartikan sifat tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat, melainkan melekat dengan dzat itu sendiri, sedang Al-Maturidi berpendapat bahwa sifat itu tidak di katakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula lain dari esensi-Nya.
d)   Melihat Tuhan
AL-Maturidi lebih lanjut mengatakan bahwa Tuhan kelak di akhirat dapat di lihat dengan mata, karena tuhan mempunyai wujud walaupu Ia immaterial. Namun melihat tuhan ,kelak di khirat tidak dalam bentuknya (bila kaifa), karena keadaan di akhirat tidak sama dengan keadaan di dunia.
e)    Kalam Tuhan
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abtrak). KALAM NAFSI adalah sifat kadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadis). AL-Qur’an dalm arti kalam yang tersusun dari huruf dan kata-kata adalah baharu.( baharu ).kalam nafsi tidak dapat di ketahui hakikitnya  dan bagaimana Allah bersifat dengannya (bila kaifa) tidak dapat kita ketahui ,kecuali dengan suatu peran tara.[5]
f)    Perbuatan Tuhan
Tuhan tidak wajib berbuat ash-shalah wa al-ashlah (yang baik dan terbaik bagi manusia).[6]  Setiap perbuatan Tuhan yang bersifat mencipta dan kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepada manusia tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang di kehendakinya.
g)   Pengutusan Rosul
Pandangan Al-Maturidi ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Mu’tazilah yang berpendapat bahwa pengutusan rosul ke tengah-tengah umatnya kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupanya.[7]



h)   Pelaku Dosa Besar
Hal ini karena tuhan telah menjajikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatanya. Kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang yang berbuat dosa syirik. Dengan demikian berbuat dosa besar selain syirik tidak akan menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka. Oleh karena itu, perbuatan dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseorang kafir atau murtad. Menurut Al-Maturidi, imam itu cukup dengan tashdig dan iqrar, sedangkan amal adalah penyempurnaan imam. Oleh karena itu, amal tidak akan menambah atau mengurangi esensi iman,kecuali hanya menambah atau mengurai esensi iman, kecuali hanya menambah atau mengurangi sifatnya saja.

D.  SIFAT DAN KARAKTER AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Sifat dan karakter ahlus sunnah wal jama’ah antara lain yaitu:
1.    Mereka adalah pemegang tali Allah.
2.    Mereka adalah suri tauladan yang baik dan penuntun jalan yang benar.
3.    Mereka tidak menyebut dirinya dengan nama lain selain yang digunakan salafus-saleh.
4.    Mereka selalu mengikuti as-Sunnah dan tidak mengikuti bid’ah.
5.    Mereka selalu membangkitkan semangat jihad dan mengajak kepada kebaikan serta melarang kejahatan (Ihyaa faridlatul jihad wal munaafah).
6.    Mereka adalah ahlul hadits, Riwayah dan Dlirayah.
7.    Mereka orang yang selalu dirindukan.
8.    Mereka selalu berada di tengah-tengah (al-wasath) teguh tanpa berlebihan (I’tidaal).
9.    Sumber dari syari’at mereka adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman sahabat dalam setiap masalah agama.
10.     Mereka tidak memuliakan seorang pria, wanita, malaikat, ataupun batu dengan nama tertentu kecuali yang diberikan Rasulullah saja.
11.     Mereka menolak takwil dan tunduk terhadap syari’at berdasarkan pemahaman sahabat.
12.     Mereka mengedepankan wahyu sebelum akal.
13.     Mereka bersatu karena kecerdasan tanpa bertemu atau mendeklarasikan diri
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa kelompok Ahlus Sunnah wal Jama’ah berdiri atas dasar agama dan berpegang teguh terhadap sunnah, menolak bid’ah, melawan bid’ah dan ahlul bid’ah. Mereka bersatu dalam kesatuan akidah sepanjang masa dan bersuka cita atas persatuan kaum muslimiin karena kebenaran (al-haq), serta menolak perpecahan umat karena perselisihan golongan dan perbedaan.[8]
                                
E.   PENDAPAT AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Ada beberapa pendapat ahlus sunnah wal jama’ah yaitu tentang:
1.    At-Tauhid
Mereka meyakini bahwa at-Tauhid adalah “Tunduk, taat, dan beribadah semata-mata kepada Allah” dan memiliki dua pilar berikut:
a.       Kufur bith Thaghut, mengingkari atau tidak beriman kepada semua Tuhan yang salah (Thaghut).
b.      Iman Billah, menyatakan iman hanya kepada Allah swt.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah beriman semata-mata kepada Allah swt. Dalam seluruh nama dan sifat-Nya tanpa mengalihkan sifat-sifat Allah swt. Kepada yang lain
2.    At-Takfir
Mereka meyakini bahwa takfir adalah kebenaran dari Allah dan menciptakan penyucian dan perlindungan tauhid seseorang. Takfir akan menjamin hukum-hukum Allah terjaga dan terjamin serta batas-batas islam tidak dilanggar. Mereka membuat takfir bagi siapa saja yang menyatakan kekufuran secara terang-terangan dan tidak memiliki pencegahan terhadap takfir atas mereka.


3.    Al-Qadar
Mereka meyakini bahwa perbuatan atau kita adalah ciptaan Allah swt. Kita percaya bahwa manusia memiliki kehendak dan harapan untuk melakukan sesuatu atau tidak. Allah memiliki kehendak dan tidak berharap apa-apa dari perbuatan manusia yang dilakukan tanpa kehendak dan harapan Allah. Karena Allah telah berfirman “Aku mencitakanmu dan perbuatanmu
4.    Al-Masaadarud Din (Dasar Agama)
Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan bahwa sumber hukum dari Agama Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman sahabat. Mereka juga menyertakan ijma’ sahabat sebagai bukti.
5.    Al-Qur’an
Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Al-Qur’an itu adalah kalamullah yang hakiki dalam kenyataan serta dapat didengar dan dibaca. Al-Qur’an adalah kakta-kata dengan makna dan merupakan perkataan Allah.
6.    Hadits
Mereka meyakini bahwa hadits shahih adalah hujjah (dalil) untuk seluruh persoalan agama. Mereka tidak membedakan antara akidah dan syari’at, dan mengatakan bahwa seluruh persoalan agama dapat diambil dari hadits ahad maupun mutawatir.
7.    Sahabat
Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa seluruh sahabat adalah orang yang dapat dipercaya. Pendapat-pendapat mereka adalah hujjah yang menjadi panduan bagi kita, mengikat kita dan kita tidak akan menyangkal baik itu perbedaan pendapat di antara mereka karena semua dalam persoalan yang haq mmaupun  ijtihad diantara mereka. Ada banyak bukti baik itu di dalam Al-Qur’an maupun hadits (banyak hadits) yang bersaksi atas sahabat, kekuatan iman mereka, serta kecintaan Allah swt pada mereka.
8.    Tanda-tanda kerasulan
Ahlus Sunnah wal Jam’ah meyakini bahwa ada banyak kemukjizatan dan tanda-tanda kerasulan selain Al-Qr’an.
9.    Asy-Syahadah
Mereka tidak bersaksi bahwa seseorang masuk surga kecuali bagi mereka yang Allah telah nyatakan bagi kita. Bagi mereka yang masih hidup, kita tidak bersaksi apakah mereka masuk neraka atau surga. ketika mereka meninggal kita juga tidak bersaksi bahwa mereka dijamin surga. Mereka tidak mengatakan “Ini atau itu syahid”. Akan tetapi, kita mengatakan, InsyaAllah dia syahid.
10.     Al-Istinaa’ (Gelar)
Mereka mengatakan Insya Allah, sebagai contoh, “Dia syahid, Insya Allah” atau “Saya seorang mukmin, insya Allah.” Mereka tidak memuji diri sendiri atau orang lain kecuali mereka yang dipuji oleh Allah.[9]












BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pengertian Jama'ah Secara Istilah (Terminologi): Yaitu kelompok kaum muslimin ini, dan mereka adalah pendahulu ummat ini dari kalangan para sahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat, dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik secara lahir maupun bathin. Adapun aliran Ahlussunnah wal jama’ah adalah Al-Asy’ari dan Al- Maturidi. Dari segi etosnya, pergerakan tersebut memiliki semangat ortodoks. Aktualitas formulasinya jelas menampakan sifat yang reaksionis terhadap Mu’tazilah , sebuah reaksi yang kullabiah.
B.  SARAN
Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengharap semoga bermanfaat  bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi pembaca.Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kritik dan saran demi perbaikan dan pengembangan makalah ini sangat kami harapkan. Tak terlepas kurangan-kekurangan makalah ini,kami berharab teman-teman mengkritisi kekurangan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadikan amal saleh bagi kami,ami,yaa Rabbal ‘Alamin










DAFTAR RUJUKAN

Hammudah Gurabah  Abu Hasan Al-Asy’ari, Al-Hai’at Al-Ammah li syu’un Al-Mathabi, AL-Amariah ,kairo, 1973
Omar Bakri Muhammad Syekh, Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah, Jakarta, gema insane, 2005
Qasim mahmud, fi Ilm AL kalam , maktabah AL-anglo AL-misiriah,kairo,1969
Thoha Ashad, Pendidikan Aswaja dan KE-NU-AN, Surabaya. MYSKAT PW LP Maarif NU Jatim,2006
http :// irfansyam. blogspot. com /2012 /05 /pemikiran- akhlusunnah-wal-jamaah.html.
http :// albayyinat. net /jwb4t. html.           
http ://alislamu.com /aqidah /691- definisi- ahlu-sunnah-wal-jamaah. html.




[1] Arifin,Pendidikan aswaja/ ke NU an, Surabaya, lembaga pendidikan,1996,hal.1
[2] Muhammad Imarah mazhab al-islamiyah,dari iil li al—malayin,1984,hlm. 497.
[3]  Hammudah Gurabah  Abu Hasan Al-Asy’ari, Al-Hai’at Al-Ammah li syu’un Al-Mathabi AL-Amariah ,kairo, 1973,hlm.60-61.
[4] . Abu Zahra op, cit, hlm, 181-182. Lihat Mahmud Qasim, Di rasat FI Al- Fasalfah Al-Islamiyah Dar Alma’arif mesir .1973,hlm, 171.
[5] Mahmud Qasim, fi Ilm, AL kalam , maktabah AL-anglo AL-misiriah,kairo,1969,hlm 70;
[6]  Nasution, op. Cit .hlm, 129
[7] Nasiution,op,cit, hlm 131-132.
[8] Syekh omar bakri Muhammad, ahlus sunnah wal jama’ah, Jakarta, gema insane, 2005,hal.119
[9] Ibid, hal.78

Tidak ada komentar:

Posting Komentar