|
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Setiap
negara mempunyai kondisi pendidikan yang berbeda, baik hal itu mencakup
sejarah, sistem pendidikan maupun kebijakannya. Selain itu setiap negara juga
memiliki persamaan yang mencakup keadaan pendidikannya. Semua negara di dunia
memberikan pengaruhnya terhadap pendidikan di Indonesia. Negara-negara Islam
juga memiliki peran dalam mengembangkan pendidikan umum maupun pendidikan agama
Islam terhadap pendidikan di Indonesia.
Sistem
pendidikan Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan dengan Brunei Darussalam.
Persamannya yaitu terletak pada sistem untuk pendidikan menengah pertama. Sedangkan
perbedaannya yaitu pada sistem pendidikan untuk tingkat menengah atas dan pada
penggunaan bahasa inggris dalam proses belajar mengajar.[1]
Brunei
Darussalam memiliki sistem pendidikan dengan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya
masa studi untuk masing-masing tingkatan pendidikan, seperti 7 tahun tingkat
dasar, 3 tahun tingkat menengah pertama, 2 tahun tingkat menengah atas, dan 2
tahun pra universitas.[2]
Antara pendidikan di
Indonesia dan Maroko juga memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu pendidikan
di Indonesia dan Maroko sama-sama mengutamakan pendidikan agama Islam.[3]
Sedangkan perbedaannya yaitu pada pelaksanaan pendidikan. Jika pendidikan di
Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka di Maroko berlandaskan
Dahir (undang- undang yang dikeluarkan oleh raja) yang diuraikan dalam undang-undang
departemen pendidikan nasional Maroko.[4]
1
|
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
pendidikan di Maroko?
2.
Bagaimana
pendidikan di Brunei Darussalam?
3.
Bagaimana
pendidikan di Indonesia?
4.
Bagaimana
perbandingan pendidikan di Maroko, Brunei Darussalam dan Indonesia?
C.
Tujuan
Pembahasan masalah
1.
Untuk
mengetahui pendidikan di Maroko.
2.
Untuk
mengetahui pendidikan di Brunei Drussalam.
3.
Untuk
mengetahui pendidikan di Indonesia.
4.
Untuk
mengetahui perbandingan pendidikan di Maroko, Brunei Darussalam dan Indonesia.
D.
Batasan
Masalah
Dalam
makalah ini, Kami membatasi pembahasan hanya mengenai pendidikan di Maroko,
Brunei Darussalam, dan Indonesia serta perbandingan pendidikan di Maroko,
Brunei Darussalam dan Indonesia.
BAB
II
|
A. Pendidikan di Maroko
1.
Sejarah
awal madrasah Maroko
Semasa
Rasulullah saw. masih hidup dan era-era berikutnya, proses pendidikan belum
terorganisir dalam lembaga pendidikan madrasah, tetapi masih berlangsung di
masjid. Madrasah berkembang dari tiga fase: pertama, masjid itu sendiri (jami’);
kedua, adalah bangunan tambahan dari masjid; dan ketiga, madrasah dalam arti
sebuah lembaga pendidikan.[5]
Pada
awal sejarah Islam, kegiatan keilmuan yang terorganisir dalam bentuk madrasah
berasal dari kegiatan majlis ta’lim di masjid-masjid. Hampir setiap masjid
mempunyai seorang pemimpin ilmu yang disebut sheikh, yang mengajarkan
ilmu-ilmu agama (Qur’an, Hadits, Akhlak, Fiqih) diantara waktu-waktu shalat di
masjid-masjid.[6]
Lembaga pendidikan yang terbilang sangat modern
dan tertua di dunia yang didirikan
oleh Fatimah Al Fihri, puteri dari seorang saudagar bernama Muhammad Al Fihri di Fez, Maroko, adalah Universitas Al-Qarawiyyin. Lembaga ini
didirikan pada tahun 859 M. Guiness Book of Record (Museum Rekor Dunia)
mencatat, lembaga ini merupakan perguruan tinggi pertama di dunia yang
memberikan gelar kesarjanaan.[7]
3
|
2.
Sistem
pendidikan madrasah
Konsep
madrasah dapat dikelompokkan dalam beberapa penjenjangan. Pertama,
Maktab/Kuttab; merupakan tahap awal dalam sejarah pendidikan Islam. Kedua, Madrasah
merupakan bentuk lanjutan dari sistem maktab, yang materi-materinya tergolong
materi “tinggi”, diantaranya seperti Filsafah, sejarah, musik, etika, biologi,
logika, matematika, kimia, kedokteran, astronomi, dan lain sebagainya.[9]
Pelaksanaan
pendidikan di Maroko berlandaskan kepada Dahir (undang-undang yang dikeluarkan
oleh Raja) yang dapat diuraikan dalam undang-undang departemen pendidikan
nasional Maroko. Undang-undang tersebut selalu direvisi dan dikembangkan oleh
pemerintah Maroko atas arahan dan direksi dari Raja.[10]
Sampai
abad XVI, sistem madrasah menjadi model utama pendidikan dalam Islam. Menurut Sabila,
dalam perbandingan pendidikan Islam, pendidikan maroko berbenah menjawab
tantangan modernitas bahwa negara-negara berkembang tidak bisa memilih untuk
menerima atau menolak modernitas. Modernitas menurutnya, hadir menjadi bagian
nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Logika internal modernitas
menuntut dirinya sendiri untuk melakukan penetrasi, intervensi bahkan invasi
terhadap dunia di luar dirinya, dunia tradisional.[11]
Pilihan
modernisasi Maroko adalah point of no return bagi Raja Muhammad VI. Raja
yang berpendidikan Perancis ini hendak menjadikan Maroko negara modern yang
tidak kehilangan identitas aslinya. Semangat modernisasi ini pada tahap
rancangan undang-undang mengundang reaksi keras kalangan ulama karena
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab tidak mendapatkan posisi yang semestinya
dalam rancangan undang-undang. Mereka merekomendasi agar rancangan ditelaah
ulang untuk memasukkan Pendidikan Agama terintegrasi sebagai kurikulum wajib
dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi (bahkan sampai level program
doktor).[12]
Pada
Era kehancuran Islam di Spanyol sekitar abad ke 13M, telah membawa dampak buruk
terhadap kondisi Islam di Maroko. Bangsa Barat yang telah bangkit untuk
mengejar ketertinggalan mereka dari bangsa Muslim. Mereka (orang-orang Barat)
datang ke wilayah Islam dan bahkan menjadi penguasa di wilayah Islam yang
dibuktikan dengan terutama Maroko resmi menjadi protektorat Perancis pada tahun
1912 M.[13]
B. Pendidikan di Brunei Darussalam
1.
Sejarah
Pendidikan
Brunei
Darussalam merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sangat makmur.
Brunei Darussalam dipimpin oleh seorang sultan yang sekaligus sebagai Kepala
Pemerintahan. Dalam bidang pendidikan, pemerintah Brunei Darussalam lebih
mengutamakan pada penciptaan SDM yang berakhlak, beragama dan menguasai teknologi.
[14]
Pendidikan
formal di Brunei dimulai tahun 1912 dengan mulai dibukanya Sekolah Melayu di
Bandar Brunei (Bandar Seri Begawan sekarang). Kemudian diikuti dengan pembukaan
sekolah- sekolah lainnya di wilayah Brunei Muara, Kuala Belait dan Tutong.
Sebelumnya pada 1916, masyarakat Tionghoa telah mendirikan sekolah sendiri di
Bandar Seri Begawan. [15]
Pada
tahun 1966, sekolah Melayu pada tingkat pendidikan menengah dibuka di Belait. Tahun
1979 pendidikan TK yang merupakan bagian tingkat dasar mulai diterapkan di
Brunei. Sedangkan Universiti Brunei Darussalam didirikan pada tahun 1985
sebagai lembaga tertinggi di bidang pendidikan.[16]
Sejak
tahun 1984 kurikulum pendidikan nasional mewajibkan para siswa untuk menguasai
dwi bahasa yaitu bahasa Melayu dan Inggris. Bahasa Melayu digunakan untuk
mengajar mata pelajaran bahasa Melayu, pengetahuan Agama Islam, pendidikan
jasmani, lukisan dan pertukangan tangan. Sedangkan bahasa Inggris digunakan
untuk mengajar mata pelajaran seperti Sains, Matematik, Geografi, Sejarah dan
Bahasa Inggris itu sendiri. [17]
2.
Sistem
Pendidikan
Pemerintah
Brunei menetapkan tiga bidang utama dalam pendidikan, yaitu: sistem dwibahasa
di sekolah, konsep Melayu Islam Beraja dalam kurikulum sekolah dan peningkatan
sumber daya manusia termasuk pendidikan kejuruan dan teknik.
Sistem
pendidikan umum di Brunei Darussalam memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara
commonwealth lainnya, seperti Inggris, Malaysia dan Singapura. Sistem
ini menggunakan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya masa studi untuk
masing- masing tingkatan pendidikan, seperti 7 tahun tingkat dasar, 3 tahun
tingkat menengah pertama, 2 tahun tingkat menengah atas, dan 2 tahun pra
universitas.[18]
Untuk tingkat dasar dan
menengah pertama, sistem pendidikan Brunei tidak jauh berbeda dengan
Indonesia. Pendidikan dasar bertujuan memberikan kemampuan dasar bagi
murid-murid dalam menulis, membaca, dan berhitung disamping
membina dan mengembangkan karakter pribadi. [19]
Setiap anak berumur 5
tahun diwajibkan memasuki TK selama setahun sebelum diterima di SD kelas
1. Kenaikan tingkat dari TK ke SD dilakukan secara otomatis. Di tingkat SD,
mulai dari kelas 1 dan seterusnya setiap murid akan mengikuti ujian akhir tahun
dan hanya murid yang berprestasi saja yang dapat melanjutkan ke kelas
berikutnya. Sementara yang gagal harus tinggal kelas dan sesudah itu baru mendapat
kenaikan kelas otomatis. Setelah mengikuti pendidikan dasar 7 tahun, murid yang
lulus ujian akhir dapat melanjutkan pendidikannya ke SLTP selama 3 tahun.[20] Dan
selanjutnya mengikuti ujian pada tahun ketiga.
Bagi siswa yang lulus
ujian akhir SLTP akan memiliki pilihan, yaitu:[21]
a. Dapat meneruskan ke tingkat SLTA.
Bagi siswa SLTA, di
tahun ke-2 siswa akan menjalani ujian penentuan tingkat yang dikenal BCGCE
(Brunei Cambridge General Certificate of Education) yang terdiri dari 2 tingkat
yaitu tingkat AO dan AN. Bagi siswa yang berprestasi baik akan mendapat ijazah
tingkat AO artinya siswa dapat meneruskan pelajaran langsung ke pra-universitas
selama 2 tahun untuk mendapatkan ijazah Brunei Cambridge Advanced Level
Certificate tingkat AA. Sementara itu, siswa tingkat AN harus melanjutkan
studinya selama setahun lagi dan kemudian baru dapat mengikuti ujian bagi
mendapatkan ijazah tingkat AO.
b.
Dapat meneruskan sekolah kejuruan
Bagi siswa tamatan SLTP
yang tidak ingin melanjutkan pelajarannya ke universitas dapat memilih sekolah
kejuruan seperti perawat kesehatan, kejuruan teknik dan seni, kursus-kursus
atau dapat terjun langsung ke dunia kerja.
Di antara pendidikan
yang paling penting bagi setiap manusia adalah pendidikan Islam. Pihak kerajaan
Brunei sangat mengutamakan pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam mulai
diberikan kepada anak- anak sejak mereka belum sekolah sampai ke universiti.
Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang melatih kepekaan para peserta
didik untuk bersikap berdasarkan spiritual Islam.[22]
C. Pendidikan
di Indonesia
1. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Menurut Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia adalah suatu
fenomena sejarah dari berbagai sisi seperti dasar, tujuan, pendidik, alat,
materi, dan metode yang dikembangkan sejak zaman Rasulullah Saw, sampai zaman
teknologi sekarang ini.[23]
Perkembangan pendidikan Islam dari zaman ke zaman di berbagai
daerah memperlihatkan kecenderungan perkembangan umum yang memperlihatkan
keteraturan dengan fakta-fakta sejarah pendidikan Islam, dalam aspek, sistem
dan bentuk-bentuk lembaganya. Namun demikian terlihat pula kecenderungan
perkembangan pendidikan Islam yang memperlihatkan kecenderungan tidak teratur (irregularity trend) dengan berbagai
hambatan-hambatannya.[24]
2. Kondisi Pendidikan Islam di Indonesia
Indonesia sebelum kemerdekaan berada dalam kekuasaan Belanda dan
Jepang. Selama periode tersebut, lembaga pendidikan Islam tetap hidup,
pendidikan Islam diorganisasikan oleh umat Islam sendiri melalui pendirian
sekolah swasta dan pusat-pusat pelatihan. Hingga kini, lembaga
pendidikan-pesantren, sekolah umum bercirikan Islam, dan madrasah-eksistensinya
tetap ada, bahkan terus dikembangkan sampai sekarang. Selain itu, ada lagi
jenis-jenis pendidikan Islam luar sekolah semisal Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA) dan madrasah diniyah. Semuanya itu sesungguhnya merupakan aset sistem
pendidikan nasional.[25]
Kondisi Pendidikan Islam di Indonesia secara khusus menghadapi
berbagai persoalan, dan kesenjangan dalam berbagai aspek yang lebih kompleks,
yaitu : berupa persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya,
serta manajemen pendidikan Islam. Menurut Muslih Usa (ed.), Usaha pembaharuan
pendidikan Islam secara mendasar selalu dihambat oleh berbagai masalah, mulai
dari persoalan dana sampai tenaga ahli, sehingga pendidikan Islam dewasa ini
terlihat orientasinya yang semakin kurang jelas.[26]
Setelah
Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dan telah merdeka, pemerintah
Indonesiapun sangat memperhatikan tumbuhnya pendidikan agama Islam. Dalam hal
ini Pendidikan agama Islam dijadikan salah satu bidang studi yang
diintregasikan dalam kurikulum sekolah. Dan pada waktu ini semua
lembaga-lembaga pendidikan agama, baik formal, informal dan non-formal berjalan
dan berkembang terus, dan khusus mengenai pendidikan agama di sekolah, MPR
menetapkan dalam GBHN bahwa pendidikan agama dimasukkan dalam kurikulum sekolah
sejak dari sekolah dasar sampai Universitas.[27]
3. Sistem Permulaan Pendidikan Islam di
Indonesia
a.
Majelis
Taklim dan Halaqah
Pendidikan
yang digunakan berupa majelis taklim dan halaqah, metode yang digunakan adalah
metode penulisan dalam bentuk nasehat dan untuk memperlancar pendidikan Islam,
juga digunakan metode ceramah dalam bentuk pengajaran-pengajaran.[28]
b.
Surau-surau
Di Minangkabau yang menjadi pusat pendidikan pada awal permulaan
Islam adalah Surau. Pendidikan yang diterapkan di surau-surau di Minangkabau
memiliki jejaring-jejaring tertentu, seperti :
Ø Pengajian Al Qur’an, meliputi cara mempelajari huruf hijaiyah.
Ibadah seperti wudlu, shalat, dan bersuci. Keimanan seperti sifat 20 dan Akhlak
yang diajarkan dalam bentuk cerita atau dongeng.
Ø Pengajian Kitab, dimulai pagi hari, ba’da dhuhur, dan malam sesudah
shalat maghrib, dengan materinya adalah ilmu saraf dan nahwu sebagai gramatika
bahasa Arab, Ilmu Fiqih, dan Ilmu Tafsir.
c.
Langgar
atau Tajug
Langgar adalah sebutan bagi tempat ibadah agama Islam di Jawa
Tengah, sedangkan Tajug adalah sebutan bagi tempat ibadah agama Islam di Jawa
Barat. Langgar atau Tajug bukan hanya sekedar medium bagi para wali dalam
mengajarkan pendidikan Agama Islam di Jawa pada permulaan Islam, melainkan juga
cikal bakal dari pesantren tradisional maupun modern yang ada di pulau Jawa.
Sebelum ada Pesantren, Langgar atau Tajug adalah tempat untuk
menyebarkan ilmu atau mendidik bagi para wali. Di tempat itulah para wali
bermusyawarah, mengadakan pertemuan, beribadah, dan mendidik rakyat.[29]
d.
Pesantren
Pesantren adalah sekolah berasrama, dimana santri bermukim dan
berada di bawah bimbingan Kiai. Orientasi pertama lahirnya pesantren adalah
untuk merespon situasi dan kondisi sosial masyarakat yang mungkin dianggap
ancaman. Selanjutnya, pesantren berorentasi sebagai institusi Islam atau
pelembagaan nilai Islam.
Pesantren masa kini secara mendasar berupaya memberi pembekalan ketrampilan
atau spesifikasi pada para santrinya yang akan terjun ke Masyarakat. Berbagai
bidang keahlian dapat dipilih oleh para santri sesuai minatnya, seperti
pendidikan guru, pertanian, perikanan, kerajinan,dll. Hal ini dapat dianggap
sebagai negoisasi pesantren terhadap nilai-nilai baru yang berkembang dalam
masyarakat akibat kemajuan ilmu (science),
pengetahuan (knowlegde), dan
teknologi.
Adanya perubahan orientasi pesantren tersebut disebabkan oleh
perbedaan harapan antara santri pada masa dulu dan santri pada masa kini. Dulu,
santri menghabiskan seluruh waktunya di pesantren untuk menempa iman, ilmu, dan
amal, sementara santri sekarang menganggap pesantrenlah sebagai karantina uji
batiniah dan lompatan untuk meneruskan ke lembaga sekuler yang lebih tinggi.
Namun, pesantren tidak meninggalkan identitasnya yang prinsipil sebagai lembaga
pendidikan Islam yang bertujuan mereproduksi ulama dan memelihara kesucian
ajaran Islam dari nilai-nilai sekuler.[30]
e. Pendidikan Indonesia Pada Masa Penjajahan
Belanda
Menurut Asrahah, pada mulanya kedatangan orang-orang Asing Belanda
ke Indonesia adalah menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa Indonesia.
Sambil berdagang Belanda berupaya menancapkan pengaruhnya terhadap bangsa
Indonesia. Belanda tidak hanya memonopoli perdagangan dengan bangsa Indonesia,
namun satu demi satu Belanda berhasil menundukkan penguasa-penguasa lokal,
kemudian merampas daerah-daerah tersebut ke dalam kekuasaannya, selanjutnya
berlangsunglah sistem penjajahan.[31]
Pembatasan dan pengawasan ketat oleh pemerintah Belanda terhadap
umat Islam membatasi aktivitas umat Islam. Akibatnya pengajaran nilai-nilai
Islam dan peningkatan keberlakuan nilai-nilai Islam menjadi tersendat-sendat.
Pada pertengahan abad ke-19 pemerintah Belanda mulai menyelenggarakan pendidikan
model Barat yang diperuntukkan bagi orang-orang Belanda dan sekelompok kecil
orang Indonesia terutama kelompok berada. Sejak itu, tersebar jenis pendidikan
rakyat, yang berarti juga bagi umat Islam. Selanjutnya, pemerintah memberikan
politik Etis (Ethische Politik), yang
mendirikan dan menyebarluaskan pendidikan rakyat sampai pedesaan.[32]
Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan model
Barat membawa arti positif bagi perkembangan pendidikan Islam dan kemajuan
masyarakat terjajah. Orang-orang pribumi yang belajar di sekolah-sekolah
Belanda menjadi mengenal sistem pendidikan modern, seperti sistem kelas,
pemakaian meja dan bangku, metode belajar mengajar modern, dan ilmu
pengetahuan, selain itu mereka juga mengenal surat kabar atau majalah yang
sangat bermanfaat untuk mengikuti perkembangan zaman.[33]
f. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia
Sistem pendidikan nasional maksudnya adalah suatu keseluruhan yang
terpadu dari semua satuan dan aktifitas pendidikan yang berkaitan dengan yang
lainnya untuk mengusahakan terciptanya tujuan pendidikan nasional. Sistem
pendidikan nasional tersebut merupakan suatu sistem yang besar dan kompleks,
yang di dalamnya tercakup beberapa bagian yang juga merupakan sistem-sistem.
Dalam sistem pendidikan nasional, peserta pendidikan adalah semua
warga Negara, artinya semua satuan pendidikan yang ada harus memberikan
kesempatan menjadi peserta didiknya kepada semua warga Negara yang memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan
kekhususannya, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, suku bangsa,dsb.[34]
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengalaman
pancasila di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan :[35]
1.
Pembentukan
manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan dapat
berdiri sendiri.
2. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia yang berwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh dan mengandung
makna terwujudnya kemampuan bangsa menangkal setiap ajaran, paham dan Ideologi
yang bertentangan dengan Pancasila.
Dalam konteks keindonesiaan, pendidikan Islam sebenarnya tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam,
bahkan pendidikan Islam itu berkaitan erat dengan agama Islam sendiri. Oleh karena
itu, setelah pendirian Kementerian Agama tanggal 3 januari 1946, maka mulai
saat itu pendidikan Agama Islam di sekolah diatur secara resmi oleh pemerintah.[36]
D. Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Brunei Darussalam dan Maroko
Pendidikan antara Indonesia,
Brunei Darussalam dan Maroko memiliki persamaan dan perbedaan, baik mencakup sistem,
kebijakan dan pelaksanaan pendidikan.
1. Perbandingan Pendidikan antara Indonesia dan Brunei Darussalam
a. Persamaan
Pendidikan di Indonesia
dan Brunei Darussalam memiliki kesamaan pada pendidikan menengah pertama dan
kurikulum tentang Pendidikan Agama.
Pendidikan menengah
pertama di dua negara ini sama- sama berlangsung selama 3 tahun. Kedua negara
ini juga memiliki kesamaan pada kurikulum. Yaitu memasukkan mata pelajaran
Agama dalam kurikulum. Materi agama harus ada di setiap jenjang pendidikan. Di
sinilah letak bedanya negara Islam dan non Islam, pelajaran agama di negara
Islam lebih ditekankan agar pendidikan itu membentuk manusia yang berahlak,
bermoral dan berkepribadin luhur.[37]
b. Perbedaan
Pendidikan di Indonesia
dan Brunei Darussalam memiliki banyak perbedaan, di antaranya pada sistem pendidikan
Taman Kanak- Kanak dan sistem pendidikan untuk tingkat menengah atas, serta pada
penggunaan bahasa inggris dalam proses belajar mengajar.[38]
Pendidikan dasar di
Indonesia dimulai ketika anak- anak memasuki Sekolah Dasar, yaitu ketika berusia
6 tahun. Sedangkan di Brunei Darussalam dimulai sejak Taman Kanak- Kanak ketika
anak berusia 5 tahun, mereka diwajibkan memasuki TK selama satu tahun sebelum
diterima di SD.[39]
Bagi siswa yang ingin
terjun kerja dengan sistem pendidikan di Indonesia, sejak SLTP sudah diarahkan
untuk mengambil sekolah kejuruan. Sedangkan di Brunei Darussalam sekolah
kejuruan baru diperkenalkan setelah siswa tamat SLTP. Sistem pendidikan
menengah atas di Brunei, siswa dapat menyelesaikan pendidikannya setahun lebih
cepat, yaitu berlangsung selam dua tahun. Sedangkan di Indonesia sekarang ini
dapat disamakan dengan siswa unggul yang lompat kelas, yang lebih dikenal
dengan kelas akselerasi. Di Brunei, setelah tamat dari SLTA para siswa akan
memasuki pendidikan pra universitas selama 2 tahun, sedangkan di Indonesia para
amatan SLTA dapat langsung mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN).[40]
Dalam kemampuan penyerapan
bahasa asing, di Brunei Darussalam sejak kelas 3 SD, murid-murid sudah
diarahkan menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar resmi di sekolah
disamping bahasa Melayu. Beberapa mata pelajaran seperti matematika, geografi
diajarkan guru dengan menggunakan bahasa Inggris. Berbeda dengan di Indonesia
dimana bahasa Inggris hanyalah merupakan salah satu mata pelajaran, sedangkan
bidang studi lainnya diajarkan dalam bahasa Indonesia.[41]
2. Perbandingan Pendidikan antara Indonesia dan Maroko
a. Persamaan
Pendidikan di Indonesia
dan Maroko memiliki persamaan di antaranya pendidikan di Indonesia dan Maroko sama-sama
mengutamakan pendidikan agama Islam, memiliki kesamaan fungsi pendidikan dan
jalur pendidikan.
Pendidikan di Indonesia
dan Maroko sama-sama berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Selain itu juga ada persamaan pada jalur pendidikan, di
antaranya pendidikan formal, yang meliputi pendidikan dasar, menengah dan
pendidikan tinggi. Dan pendidikan nonformal, yang meliputi pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan dan pelatihan
kerja.[42]
b. Perbedaan
Sedangkan perbedaanya
yaitu pada pelaksanaan pendidikan. Jika pendidikan di Indonesia berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945, jika di Maroko berlandaskan Dahir (undang- undang yang
dikeluarkan oleh raja) yang diuraikan dalam undang-undang departemen pendidikan
nasional Maroko. Undang- tersebut selalu direvisi dan di kembangkan oleh
pemerintah Maroko atas arahan dan direksi dari raja.[43]
|
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, sistem
pendidikan di Maroko memiliki beberapa penjenjangan. Diantaranya: Maktab/Kuttab
dan Madrasah, yang merupakan bentuk lanjutan
dari sistem maktab.
Kedua, sistem
pendidikan umum di Brunei Darussalam memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara
commonwealth lainnya, seperti Inggris, Malaysia dan Singapura. Sistem
ini menggunakan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya masa studi untuk
masing- masing tingkatan pendidikan. Bagi siswa yang lulus
ujian akhir SLTP akan memiliki pilihan, yaitu dapat meneruskan ke tingkat SLTA
dan dapat meneruskan sekolah kejuruan.
Ketiga, sistem
pendidikan di Indonesia melalui Majelis Taklim, Halaqah, Surau-surau,
Pesantren, dan Langgar atau Tajug.
Keempat, persaman
pendidikan antara Indonesia dan Brunei yaitu terletak pada sistem untuk
pendidikan menengah pertama. Sedangkan perbedaanya yaitu
pada sistem pendidikan untuk tingkat menengah atas dan pada penggunaan bahasa
inggris dalam proses belajar mengajar. Pendidikan di Indonesia dan Maroko juga
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamanya yaitu pendidikan di Indonesia dan
Maroko sama- sama mengutamakan pendidikan agama Islam. Sedangkan perbedaanya
yaitu pada pelaksanaan pendidikan. Jika pendidikan di Indonesia berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945, jika di Maroko berlandaskan Dahir (undang- undang yang
dikeluarkan oleh raja) yang diuraikan dalam undang-undang departemen pendidikan
nasional Maroko.
15
|
B.
Saran
1.
Untuk para pendidik sebaiknya lebih bisa
mengenali berbagai macam perubahan yang terjadi dalam lingkungan social yang
dapat mempengaruhi kualitas peserta didik.
2.
Untuk para calon pendidik sebaiknya selalu
mampu mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lingkungan social
sehingga dapat mengenali berbagai macam hal yang dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik seiring dengan berkembangnya zaman.
3.
Untuk peserta didik sebaiknya mampu
meningkatkan pengetahuan yang mendukung perubahan positif dalam proses
pendidikan.
|
Maunah,
Binti. Perbandingan Pendidikan Islam. 2011. Yogyakarta. Teras.
Saidan. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam
Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir. 2001. Kementerian Agama RI.
Sanaky, Hujair
AH. Paradigma Pendidikan Islam.
Yogyakarta. Safiria Insania Press.
http://file.upi.edu/direktori/FPBS/JUR._pendidikan-diindonesia-dan-maroko.html. diakses tanggal 24 Maret 2013 pukul: 15:30 WIB.
http://furqon008-guzfoer.blogspot.com/2012/01/perbandingan-pendidikan-di-indonesia.html diakses tanggal 23 Maret
2013 pukul: 09:12 WIB.
http://liecute.blogspot.com/2008/06/sejarah-pendidikan-bruneidarussalam.html diakses tanggal 24 Maret
2013 pukul 14:50 WIB.
http://meea07.blogspot.com/2012/09/normal-islam-sarana-pendidikan-efektif-diindonesia-dan-maroko.html diakses tanggal 24 Maret
2013 pukul: 15:45 WIB.
http://rahidani.blogspot.com/2012/01/sistem-pendidikan-islam-di-indonesia.html Diakses pada tanggal 24 Maret 2013, pukul
17.35 WIB.
http://www.republika.co.id/berita/68575/sistem_pendidikan_di_era_kekhalifahan_islam&h=zAQH4CnFJ&s=1 diakses tanggal 25 Maret 2013 pukul: 20:05 WIB.
http://wikipedia.org/wiki/sistem-pendidikan-brunei-darussalam.html. diakses tanggal 24 Maret 2013 pukul: 15: 10 WIB.
17
|
[1]Binti
Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras, 2011, hal. 191.
[3]http://meea07.blogspot.com/2012/09/normal-islam-sarana-pendidikan-efektif-diindonesia-dan-maroko.html diakses tanggal 24 Maret
2013 pukul: 15:45 WIB.
[4]http://file.upi.edu/direktori/FPBS/JUR._pendidikan-diindonesia-dan-maroko.html diakses tanggal 24 Maret 2013 pukul: 15:30 WIB.
[6] Ibid.
[7]http://www.republika.co.id/berita/68575/sistem_pendidikan_di_era_kekhalifahan_islam&h=zAQH4CnFJ&s=1 diakses tanggal 25 Maret 2013 pukul: 20.05 WIB.
[8] Ibid.
[9] Ibid,
hal. 182.
[10] http://file.upi.edu/direktori/FPBS/JUR._pendidikan-diindonesia-dan-maroko.html
diakses tanggal 24 Maret 2013 pukul: 15:30 WIB.
[11] Ibid,hal.
183.
[12] Ibid,
hal. 185.
[13] Ibid,
hal. 186.
[15] Ibid,
hal. 195.
[16] Ibid.
[17] Ibid,
hal. 192.
[18]Binti
Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras…., hal. 189.
[19]http://furqon008-guzfoer.blogspot.com/2012/01/perbandingan-pendidikan-di-indonesia.html diakses tanggal 23 Maret
2013 pukul: 09:12 WIB.
[20]
Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras…., hal.
189.
[21] Ibid,
hal. 190.
[22]
Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf dalam Binti Maunah, Perbandingan
Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras, 2011, hal. 196.
[23]
Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan
Islam…., hal. 103.
[25]
Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan
Islam Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir, (Kementerian Agama RI, 2011),
hal. 96.
[26]
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan
Islam, (Yogyakarta: Safiria Insania Press), 2003, hal. 9.
[27] http://rahidani.blogspot.com/2012/01/sistem-pendidikan-islam-di-indonesia.html. Diakses pada
tanggal 24 Maret 2013, pukul 17.35.
[28]
Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan
Islam…., hal. 106.
[36]Saidan,
Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam
Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir...., hal. 97.
[37]http://furqon008-guzfoer.blogspot.com/2012/01/perbandingan-pendidikan-di-indonesia.html diakses tanggal 23 Maret
2013 pukul: 09:12 WIB.
[38]Binti
Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras,...., hal. 191.
[39] http://liecute.blogspot.com/2008/06/sejarah-pendidikan-bruneidarussalam.html diakses tanggal 24 Maret
2013 pukul 14:50 WIB.
[40]
Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras…., hal.
191.
[41] Ibid.
[42] http://file.upi.edu/direktori/FPBS/JUR._pendidikan-diindonesia-dan-maroko.html
diakses tanggal 24 Maret 2013 pukul: 15:30 WIB.
[43] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar