Jumat, 24 Mei 2013

sistem pendidikan di negara maroko, brunei, dan indonesia



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Setiap negara mempunyai kondisi pendidikan yang berbeda, baik hal itu mencakup sejarah, sistem pendidikan maupun kebijakannya. Selain itu setiap negara juga memiliki persamaan yang mencakup keadaan pendidikannya. Semua negara di dunia memberikan pengaruhnya terhadap pendidikan di Indonesia. Negara-negara Islam juga memiliki peran dalam mengembangkan pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam terhadap pendidikan di Indonesia.
Sistem pendidikan Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan dengan Brunei Darussalam. Persamannya yaitu terletak pada sistem untuk pendidikan  menengah pertama. Sedangkan perbedaannya yaitu pada sistem pendidikan untuk tingkat menengah atas dan pada penggunaan bahasa inggris dalam proses belajar mengajar.[1]
Brunei Darussalam memiliki sistem pendidikan dengan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya masa studi untuk masing-masing tingkatan pendidikan, seperti 7 tahun tingkat dasar, 3 tahun tingkat menengah pertama, 2 tahun tingkat menengah atas, dan 2 tahun pra universitas.[2]
Antara pendidikan di Indonesia dan Maroko juga memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu pendidikan di Indonesia dan Maroko sama-sama mengutamakan pendidikan agama Islam.[3] Sedangkan perbedaannya yaitu pada pelaksanaan pendidikan. Jika pendidikan di Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka di Maroko berlandaskan Dahir (undang- undang yang dikeluarkan oleh raja) yang diuraikan dalam undang-undang departemen pendidikan nasional Maroko.[4]
1
Melalui makalah ini Kami akan membahas lebih lanjut mengenai pendidikan di Indonesia, Brunei Darussalam dan Maroko. Serta perbandingan pendidikan di Indonesia, Brunei Darussalam dan Maroko.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pendidikan di Maroko?
2.      Bagaimana pendidikan di Brunei Darussalam?
3.      Bagaimana pendidikan di Indonesia?
4.      Bagaimana perbandingan pendidikan di Maroko, Brunei Darussalam dan Indonesia?

C.     Tujuan Pembahasan masalah
1.      Untuk mengetahui pendidikan di Maroko.
2.      Untuk mengetahui pendidikan di Brunei Drussalam.
3.      Untuk mengetahui pendidikan di Indonesia.
4.      Untuk mengetahui perbandingan pendidikan di Maroko, Brunei Darussalam dan Indonesia.

D.    Batasan Masalah
Dalam makalah ini, Kami membatasi pembahasan hanya mengenai pendidikan di Maroko, Brunei Darussalam, dan Indonesia serta perbandingan pendidikan di Maroko, Brunei Darussalam dan Indonesia.













BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pendidikan di Maroko
1.      Sejarah awal madrasah Maroko
Semasa Rasulullah saw. masih hidup dan era-era berikutnya, proses pendidikan belum terorganisir dalam lembaga pendidikan madrasah, tetapi masih berlangsung di masjid. Madrasah berkembang dari tiga fase: pertama, masjid itu sendiri (jami’); kedua, adalah bangunan tambahan dari masjid; dan ketiga, madrasah dalam arti sebuah lembaga pendidikan.[5]
Pada awal sejarah Islam, kegiatan keilmuan yang terorganisir dalam bentuk madrasah berasal dari kegiatan majlis ta’lim di masjid-masjid. Hampir setiap masjid mempunyai seorang pemimpin ilmu yang disebut sheikh, yang mengajarkan ilmu-ilmu agama (Qur’an, Hadits, Akhlak, Fiqih) diantara waktu-waktu shalat di masjid-masjid.[6]
Lembaga pendidikan yang terbilang sangat modern dan tertua di dunia yang didirikan oleh Fatimah Al Fihri, puteri dari seorang saudagar bernama Muhammad Al Fihri di Fez, Maroko, adalah Universitas Al-Qarawiyyin. Lembaga ini didirikan pada tahun 859 M. Guiness Book of Record (Museum Rekor Dunia) mencatat, lembaga ini merupakan perguruan tinggi pertama di dunia yang memberikan gelar kesarjanaan.[7]
3
Awalnya, Universitas Al-Qarawiyyin adalah sebuah komunitas Qairawaniyyin, masyarakat pendatang dari airawan, Tunisia di Kota Fez (Maroko). Komunitas ini membuat diskusi-diskusi kecil di sebuah masjid dan banyak diikuti para penduduk sekitar. Materi yang dibahas semakin meluas, baik bidang agama maupun umum. Beragam bidang yang disajikan mampu menarik perhatian para pelajar dari berbagai belahan dunia. Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi.[8]

2.      Sistem pendidikan madrasah
Konsep madrasah dapat dikelompokkan dalam beberapa penjenjangan. Pertama, Maktab/Kuttab; merupakan tahap awal dalam sejarah pendidikan Islam. Kedua, Madrasah merupakan bentuk lanjutan dari sistem maktab, yang materi-materinya tergolong materi “tinggi”, diantaranya seperti Filsafah, sejarah, musik, etika, biologi, logika, matematika, kimia, kedokteran, astronomi, dan lain sebagainya.[9]
Pelaksanaan pendidikan di Maroko berlandaskan kepada Dahir (undang-undang yang dikeluarkan oleh Raja) yang dapat diuraikan dalam undang-undang departemen pendidikan nasional Maroko. Undang-undang tersebut selalu direvisi dan dikembangkan oleh pemerintah Maroko atas arahan dan direksi dari Raja.[10]
Sampai abad XVI, sistem madrasah menjadi model utama pendidikan dalam Islam. Menurut Sabila, dalam perbandingan pendidikan Islam, pendidikan maroko berbenah menjawab tantangan modernitas bahwa negara-negara berkembang tidak bisa memilih untuk menerima atau menolak modernitas. Modernitas menurutnya, hadir menjadi bagian nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Logika internal modernitas menuntut dirinya sendiri untuk melakukan penetrasi, intervensi bahkan invasi terhadap dunia di luar dirinya, dunia tradisional.[11]
Pilihan modernisasi Maroko adalah point of no return bagi Raja Muhammad VI. Raja yang berpendidikan Perancis ini hendak menjadikan Maroko negara modern yang tidak kehilangan identitas aslinya. Semangat modernisasi ini pada tahap rancangan undang-undang mengundang reaksi keras kalangan ulama karena Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab tidak mendapatkan posisi yang semestinya dalam rancangan undang-undang. Mereka merekomendasi agar rancangan ditelaah ulang untuk memasukkan Pendidikan Agama terintegrasi sebagai kurikulum wajib dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi (bahkan sampai level program doktor).[12]
Pada Era kehancuran Islam di Spanyol sekitar abad ke 13M, telah membawa dampak buruk terhadap kondisi Islam di Maroko. Bangsa Barat yang telah bangkit untuk mengejar ketertinggalan mereka dari bangsa Muslim. Mereka (orang-orang Barat) datang ke wilayah Islam dan bahkan menjadi penguasa di wilayah Islam yang dibuktikan dengan terutama Maroko resmi menjadi protektorat Perancis pada tahun 1912 M.[13]
  
B.     Pendidikan di Brunei Darussalam
1.      Sejarah Pendidikan
Brunei Darussalam merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sangat makmur. Brunei Darussalam dipimpin oleh seorang sultan yang sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan. Dalam bidang pendidikan, pemerintah Brunei Darussalam lebih mengutamakan pada penciptaan SDM yang berakhlak, beragama dan menguasai teknologi. [14]
Pendidikan formal di Brunei dimulai tahun 1912 dengan mulai dibukanya Sekolah Melayu di Bandar Brunei (Bandar Seri Begawan sekarang). Kemudian diikuti dengan pembukaan sekolah- sekolah lainnya di wilayah Brunei Muara, Kuala Belait dan Tutong. Sebelumnya pada 1916, masyarakat Tionghoa telah mendirikan sekolah sendiri di Bandar Seri Begawan. [15]
Pada tahun 1966, sekolah Melayu pada tingkat pendidikan menengah dibuka di Belait. Tahun 1979 pendidikan TK yang merupakan bagian tingkat dasar mulai diterapkan di Brunei. Sedangkan Universiti Brunei Darussalam didirikan pada tahun 1985 sebagai lembaga tertinggi di bidang pendidikan.[16]
Sejak tahun 1984 kurikulum pendidikan nasional mewajibkan para siswa untuk menguasai dwi bahasa yaitu bahasa Melayu dan Inggris. Bahasa Melayu digunakan untuk mengajar mata pelajaran bahasa Melayu, pengetahuan Agama Islam, pendidikan jasmani, lukisan dan pertukangan tangan. Sedangkan bahasa Inggris digunakan untuk mengajar mata pelajaran seperti Sains, Matematik, Geografi, Sejarah dan Bahasa Inggris itu sendiri. [17]

2.      Sistem Pendidikan
Pemerintah Brunei menetapkan tiga bidang utama dalam pendidikan, yaitu: sistem dwibahasa di sekolah, konsep Melayu Islam Beraja dalam kurikulum sekolah dan peningkatan sumber daya manusia termasuk pendidikan kejuruan dan teknik.
Sistem pendidikan umum di Brunei Darussalam memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara commonwealth lainnya, seperti Inggris, Malaysia dan Singapura. Sistem ini menggunakan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya masa studi untuk masing- masing tingkatan pendidikan, seperti 7 tahun tingkat dasar, 3 tahun tingkat menengah pertama, 2 tahun tingkat menengah atas, dan 2 tahun pra universitas.[18]
Untuk tingkat dasar dan menengah pertama, sistem pendidikan Brunei tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Pendidikan dasar bertujuan memberikan kemampuan  dasar  bagi murid-murid  dalam menulis, membaca,  dan  berhitung disamping membina dan mengembangkan karakter pribadi. [19]
Setiap anak berumur 5 tahun  diwajibkan memasuki TK selama setahun sebelum diterima di SD kelas 1. Kenaikan tingkat dari TK ke SD dilakukan secara otomatis. Di tingkat SD, mulai dari kelas 1 dan seterusnya setiap murid akan mengikuti ujian akhir tahun dan hanya murid yang berprestasi saja yang dapat melanjutkan ke kelas berikutnya. Sementara yang gagal harus tinggal kelas dan sesudah itu baru mendapat kenaikan kelas otomatis. Setelah mengikuti pendidikan dasar 7 tahun, murid yang lulus ujian akhir dapat melanjutkan pendidikannya ke SLTP selama 3 tahun.[20] Dan selanjutnya mengikuti ujian pada tahun ketiga.
Bagi siswa yang lulus ujian akhir SLTP akan memiliki pilihan, yaitu:[21]
a.       Dapat meneruskan ke tingkat SLTA.
Bagi siswa SLTA, di tahun ke-2 siswa akan menjalani ujian penentuan tingkat yang dikenal BCGCE (Brunei Cambridge General Certificate of Education) yang terdiri dari 2 tingkat yaitu tingkat AO dan AN. Bagi siswa yang berprestasi baik akan mendapat ijazah tingkat AO artinya siswa dapat meneruskan pelajaran langsung ke pra-universitas selama 2 tahun untuk mendapatkan ijazah Brunei Cambridge Advanced Level Certificate tingkat AA. Sementara itu, siswa tingkat AN harus melanjutkan studinya selama setahun lagi dan kemudian baru dapat mengikuti ujian bagi mendapatkan ijazah tingkat AO.
b.      Dapat meneruskan sekolah kejuruan
Bagi siswa tamatan SLTP yang tidak ingin melanjutkan pelajarannya ke universitas dapat memilih sekolah kejuruan seperti perawat kesehatan, kejuruan teknik dan seni, kursus-kursus atau dapat terjun langsung ke dunia kerja.
Di antara pendidikan yang paling penting bagi setiap manusia adalah pendidikan Islam. Pihak kerajaan Brunei sangat mengutamakan pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam mulai diberikan kepada anak- anak sejak mereka belum sekolah sampai ke universiti. Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang melatih kepekaan para peserta didik untuk bersikap berdasarkan spiritual Islam.[22]

C.    Pendidikan di Indonesia
1.      Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Menurut Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia adalah suatu fenomena sejarah dari berbagai sisi seperti dasar, tujuan, pendidik, alat, materi, dan metode yang dikembangkan sejak zaman Rasulullah Saw, sampai zaman teknologi sekarang ini.[23]
Perkembangan pendidikan Islam dari zaman ke zaman di berbagai daerah memperlihatkan kecenderungan perkembangan umum yang memperlihatkan keteraturan dengan fakta-fakta sejarah pendidikan Islam, dalam aspek, sistem dan bentuk-bentuk lembaganya. Namun demikian terlihat pula kecenderungan perkembangan pendidikan Islam yang memperlihatkan kecenderungan tidak teratur (irregularity trend) dengan berbagai hambatan-hambatannya.[24]

2.      Kondisi Pendidikan Islam di Indonesia
Indonesia sebelum kemerdekaan berada dalam kekuasaan Belanda dan Jepang. Selama periode tersebut, lembaga pendidikan Islam tetap hidup, pendidikan Islam diorganisasikan oleh umat Islam sendiri melalui pendirian sekolah swasta dan pusat-pusat pelatihan. Hingga kini, lembaga pendidikan-pesantren, sekolah umum bercirikan Islam, dan madrasah-eksistensinya tetap ada, bahkan terus dikembangkan sampai sekarang. Selain itu, ada lagi jenis-jenis pendidikan Islam luar sekolah semisal Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) dan madrasah diniyah. Semuanya itu sesungguhnya merupakan aset sistem pendidikan nasional.[25]
Kondisi Pendidikan Islam di Indonesia secara khusus menghadapi berbagai persoalan, dan kesenjangan dalam berbagai aspek yang lebih kompleks, yaitu : berupa persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya, serta manajemen pendidikan Islam. Menurut Muslih Usa (ed.), Usaha pembaharuan pendidikan Islam secara mendasar selalu dihambat oleh berbagai masalah, mulai dari persoalan dana sampai tenaga ahli, sehingga pendidikan Islam dewasa ini terlihat orientasinya yang semakin kurang jelas.[26]
Setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dan telah merdeka, pemerintah Indonesiapun sangat memperhatikan tumbuhnya pendidikan agama Islam. Dalam hal ini Pendidikan agama Islam dijadikan salah satu bidang studi yang diintregasikan dalam kurikulum sekolah. Dan pada waktu ini semua lembaga-lembaga pendidikan agama, baik formal, informal dan non-formal berjalan dan berkembang terus, dan khusus mengenai pendidikan agama di sekolah, MPR menetapkan dalam GBHN bahwa pendidikan agama dimasukkan dalam kurikulum sekolah sejak dari sekolah dasar sampai Universitas.[27]

3.      Sistem Permulaan Pendidikan Islam di Indonesia
a.       Majelis Taklim dan Halaqah
Pendidikan yang digunakan berupa majelis taklim dan halaqah, metode yang digunakan adalah metode penulisan dalam bentuk nasehat dan untuk memperlancar pendidikan Islam, juga digunakan metode ceramah dalam bentuk pengajaran-pengajaran.[28]
b.      Surau-surau
Di Minangkabau yang menjadi pusat pendidikan pada awal permulaan Islam adalah Surau. Pendidikan yang diterapkan di surau-surau di Minangkabau memiliki jejaring-jejaring tertentu, seperti :
Ø  Pengajian Al Qur’an, meliputi cara mempelajari huruf hijaiyah. Ibadah seperti wudlu, shalat, dan bersuci. Keimanan seperti sifat 20 dan Akhlak yang diajarkan dalam bentuk cerita atau dongeng.
Ø  Pengajian Kitab, dimulai pagi hari, ba’da dhuhur, dan malam sesudah shalat maghrib, dengan materinya adalah ilmu saraf dan nahwu sebagai gramatika bahasa Arab, Ilmu Fiqih, dan Ilmu Tafsir.
c.       Langgar atau Tajug
Langgar adalah sebutan bagi tempat ibadah agama Islam di Jawa Tengah, sedangkan Tajug adalah sebutan bagi tempat ibadah agama Islam di Jawa Barat. Langgar atau Tajug bukan hanya sekedar medium bagi para wali dalam mengajarkan pendidikan Agama Islam di Jawa pada permulaan Islam, melainkan juga cikal bakal dari pesantren tradisional maupun modern yang ada di pulau Jawa.
Sebelum ada Pesantren, Langgar atau Tajug adalah tempat untuk menyebarkan ilmu atau mendidik bagi para wali. Di tempat itulah para wali bermusyawarah, mengadakan pertemuan, beribadah, dan mendidik rakyat.[29]
d.      Pesantren
Pesantren adalah sekolah berasrama, dimana santri bermukim dan berada di bawah bimbingan Kiai. Orientasi pertama lahirnya pesantren adalah untuk merespon situasi dan kondisi sosial masyarakat yang mungkin dianggap ancaman. Selanjutnya, pesantren berorentasi sebagai institusi Islam atau pelembagaan nilai Islam.
Pesantren masa kini secara mendasar berupaya memberi pembekalan ketrampilan atau spesifikasi pada para santrinya yang akan terjun ke Masyarakat. Berbagai bidang keahlian dapat dipilih oleh para santri sesuai minatnya, seperti pendidikan guru, pertanian, perikanan, kerajinan,dll. Hal ini dapat dianggap sebagai negoisasi pesantren terhadap nilai-nilai baru yang berkembang dalam masyarakat akibat kemajuan ilmu (science), pengetahuan (knowlegde), dan teknologi.
Adanya perubahan orientasi pesantren tersebut disebabkan oleh perbedaan harapan antara santri pada masa dulu dan santri pada masa kini. Dulu, santri menghabiskan seluruh waktunya di pesantren untuk menempa iman, ilmu, dan amal, sementara santri sekarang menganggap pesantrenlah sebagai karantina uji batiniah dan lompatan untuk meneruskan ke lembaga sekuler yang lebih tinggi. Namun, pesantren tidak meninggalkan identitasnya yang prinsipil sebagai lembaga pendidikan Islam yang bertujuan mereproduksi ulama dan memelihara kesucian ajaran Islam dari nilai-nilai sekuler.[30]

e.       Pendidikan Indonesia Pada Masa Penjajahan Belanda
Menurut Asrahah, pada mulanya kedatangan orang-orang Asing Belanda ke Indonesia adalah menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa Indonesia. Sambil berdagang Belanda berupaya menancapkan pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia. Belanda tidak hanya memonopoli perdagangan dengan bangsa Indonesia, namun satu demi satu Belanda berhasil menundukkan penguasa-penguasa lokal, kemudian merampas daerah-daerah tersebut ke dalam kekuasaannya, selanjutnya berlangsunglah sistem penjajahan.[31]
Pembatasan dan pengawasan ketat oleh pemerintah Belanda terhadap umat Islam membatasi aktivitas umat Islam. Akibatnya pengajaran nilai-nilai Islam dan peningkatan keberlakuan nilai-nilai Islam menjadi tersendat-sendat. Pada pertengahan abad ke-19 pemerintah Belanda mulai menyelenggarakan pendidikan model Barat yang diperuntukkan bagi orang-orang Belanda dan sekelompok kecil orang Indonesia terutama kelompok berada. Sejak itu, tersebar jenis pendidikan rakyat, yang berarti juga bagi umat Islam. Selanjutnya, pemerintah memberikan politik Etis (Ethische Politik), yang mendirikan dan menyebarluaskan pendidikan rakyat sampai pedesaan.[32]
Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan model Barat membawa arti positif bagi perkembangan pendidikan Islam dan kemajuan masyarakat terjajah. Orang-orang pribumi yang belajar di sekolah-sekolah Belanda menjadi mengenal sistem pendidikan modern, seperti sistem kelas, pemakaian meja dan bangku, metode belajar mengajar modern, dan ilmu pengetahuan, selain itu mereka juga mengenal surat kabar atau majalah yang sangat bermanfaat untuk mengikuti perkembangan zaman.[33]

f.       Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia
Sistem pendidikan nasional maksudnya adalah suatu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan aktifitas pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk mengusahakan terciptanya tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional tersebut merupakan suatu sistem yang besar dan kompleks, yang di dalamnya tercakup beberapa bagian yang juga merupakan sistem-sistem.
Dalam sistem pendidikan nasional, peserta pendidikan adalah semua warga Negara, artinya semua satuan pendidikan yang ada harus memberikan kesempatan menjadi peserta didiknya kepada semua warga Negara yang  memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan kekhususannya, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, suku bangsa,dsb.[34]
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan :[35]
1.      Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan dapat berdiri sendiri.
2.      Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang berwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh dan mengandung makna terwujudnya kemampuan bangsa menangkal setiap ajaran, paham dan Ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Dalam konteks keindonesiaan, pendidikan Islam sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam, bahkan pendidikan Islam itu berkaitan erat dengan agama Islam sendiri. Oleh karena itu, setelah pendirian Kementerian Agama tanggal 3 januari 1946, maka mulai saat itu pendidikan Agama Islam di sekolah diatur secara resmi oleh pemerintah.[36]

D.    Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Brunei Darussalam dan Maroko
Pendidikan antara Indonesia, Brunei Darussalam dan Maroko memiliki persamaan dan perbedaan, baik mencakup sistem, kebijakan dan pelaksanaan pendidikan.
1.      Perbandingan Pendidikan antara Indonesia dan Brunei Darussalam
a.       Persamaan
Pendidikan di Indonesia dan Brunei Darussalam memiliki kesamaan pada pendidikan menengah pertama dan kurikulum tentang Pendidikan Agama.
Pendidikan menengah pertama di dua negara ini sama- sama berlangsung selama 3 tahun. Kedua negara ini juga memiliki kesamaan pada kurikulum. Yaitu memasukkan mata pelajaran Agama dalam kurikulum. Materi agama harus ada di setiap jenjang pendidikan. Di sinilah letak bedanya negara Islam dan non Islam, pelajaran agama di negara Islam lebih ditekankan agar pendidikan itu membentuk manusia yang berahlak, bermoral dan berkepribadin luhur.[37]
b.      Perbedaan
Pendidikan di Indonesia dan Brunei Darussalam memiliki banyak perbedaan, di antaranya pada sistem pendidikan Taman Kanak- Kanak dan sistem pendidikan untuk tingkat menengah atas, serta pada penggunaan bahasa inggris dalam proses belajar mengajar.[38]
Pendidikan dasar di Indonesia dimulai ketika anak- anak memasuki Sekolah Dasar, yaitu ketika berusia 6 tahun. Sedangkan di Brunei Darussalam dimulai sejak Taman Kanak- Kanak ketika anak berusia 5 tahun, mereka diwajibkan memasuki TK selama satu tahun sebelum diterima di SD.[39]
Bagi siswa yang ingin terjun kerja dengan sistem pendidikan di Indonesia, sejak SLTP sudah diarahkan untuk mengambil sekolah kejuruan. Sedangkan di Brunei Darussalam sekolah kejuruan baru diperkenalkan setelah siswa tamat SLTP. Sistem pendidikan menengah atas di Brunei, siswa dapat menyelesaikan pendidikannya setahun lebih cepat, yaitu berlangsung selam dua tahun. Sedangkan di Indonesia sekarang ini dapat disamakan dengan siswa unggul yang lompat kelas, yang lebih dikenal dengan kelas akselerasi. Di Brunei, setelah tamat dari SLTA para siswa akan memasuki pendidikan pra universitas selama 2 tahun, sedangkan di Indonesia para amatan SLTA dapat langsung mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN).[40]
Dalam kemampuan penyerapan bahasa asing, di Brunei Darussalam sejak kelas 3 SD, murid-murid sudah diarahkan menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar resmi di sekolah disamping bahasa Melayu. Beberapa mata pelajaran seperti matematika, geografi diajarkan guru dengan menggunakan bahasa Inggris. Berbeda dengan di Indonesia dimana bahasa Inggris hanyalah merupakan salah satu mata pelajaran, sedangkan bidang studi lainnya diajarkan dalam bahasa Indonesia.[41]
2.      Perbandingan Pendidikan antara Indonesia dan Maroko
a.       Persamaan
Pendidikan di Indonesia dan Maroko memiliki persamaan di antaranya  pendidikan di Indonesia dan Maroko sama-sama mengutamakan pendidikan agama Islam, memiliki kesamaan fungsi pendidikan dan jalur pendidikan.
Pendidikan di Indonesia dan Maroko sama-sama berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu juga ada persamaan pada jalur pendidikan, di antaranya pendidikan formal, yang meliputi pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Dan pendidikan nonformal, yang meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan dan pelatihan kerja.[42]
b.      Perbedaan
Sedangkan perbedaanya yaitu pada pelaksanaan pendidikan. Jika pendidikan di Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, jika di Maroko berlandaskan Dahir (undang- undang yang dikeluarkan oleh raja) yang diuraikan dalam undang-undang departemen pendidikan nasional Maroko. Undang- tersebut selalu direvisi dan di kembangkan oleh pemerintah Maroko atas arahan dan direksi dari raja.[43]









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, sistem pendidikan di Maroko memiliki beberapa penjenjangan. Diantaranya: Maktab/Kuttab dan Madrasah, yang  merupakan bentuk lanjutan dari sistem maktab.
Kedua, sistem pendidikan umum di Brunei Darussalam memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara commonwealth lainnya, seperti Inggris, Malaysia dan Singapura. Sistem ini menggunakan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya masa studi untuk masing- masing tingkatan pendidikan. Bagi siswa yang lulus ujian akhir SLTP akan memiliki pilihan, yaitu dapat meneruskan ke tingkat SLTA dan dapat meneruskan sekolah kejuruan.
Ketiga, sistem pendidikan di Indonesia melalui Majelis Taklim, Halaqah, Surau-surau, Pesantren, dan Langgar atau Tajug.
Keempat, persaman pendidikan antara Indonesia dan Brunei yaitu terletak pada sistem untuk pendidikan  menengah pertama. Sedangkan perbedaanya yaitu pada sistem pendidikan untuk tingkat menengah atas dan pada penggunaan bahasa inggris dalam proses belajar mengajar. Pendidikan di Indonesia dan Maroko juga memiliki persamaan dan perbedaan. Persamanya yaitu pendidikan di Indonesia dan Maroko sama- sama mengutamakan pendidikan agama Islam. Sedangkan perbedaanya yaitu pada pelaksanaan pendidikan. Jika pendidikan di Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, jika di Maroko berlandaskan Dahir (undang- undang yang dikeluarkan oleh raja) yang diuraikan dalam undang-undang departemen pendidikan nasional Maroko.




15
 

B.     Saran
1.      Untuk para pendidik sebaiknya lebih bisa mengenali berbagai macam perubahan yang terjadi dalam lingkungan social yang dapat mempengaruhi kualitas peserta didik.
2.      Untuk para calon pendidik sebaiknya selalu mampu mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lingkungan social sehingga dapat mengenali berbagai macam hal yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik seiring dengan berkembangnya zaman.
3.      Untuk peserta didik sebaiknya mampu meningkatkan pengetahuan yang mendukung perubahan positif dalam proses pendidikan.























DAFTAR RUJUKAN

Maunah, Binti. Perbandingan Pendidikan Islam. 2011. Yogyakarta. Teras.
Saidan. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir. 2001. Kementerian Agama RI.
Sanaky, Hujair AH. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta. Safiria Insania Press.
http://rahidani.blogspot.com/2012/01/sistem-pendidikan-islam-di-indonesia.html  Diakses pada tanggal 24 Maret 2013, pukul 17.35 WIB.
http://wikipedia.org/wiki/sistem-pendidikan-brunei-darussalam.html. diakses tanggal 24 Maret 2013 pukul: 15: 10 WIB.
17
 


[1]Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras, 2011, hal. 191.
[2]Ibid, hal. 189.
[5] Binti maunah, Perbandingan Pendidikan Islam. . . ., hal. 180.
[6] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid, hal. 182.
[11] Ibid,hal. 183.
[12] Ibid, hal. 185.
[13] Ibid, hal. 186.
[14]Ibid, hal. 186-187.
[15] Ibid, hal. 195.
[16] Ibid.
[17] Ibid, hal. 192.
[18]Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras…., hal. 189.
[20] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras…., hal. 189.
[21] Ibid, hal. 190.
[22] Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf dalam Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras, 2011, hal. 196.
[23] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam…., hal. 103.
[24] Ibid, hal. 104.
[25] Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir, (Kementerian Agama RI, 2011), hal. 96.
[26] Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Safiria Insania Press), 2003, hal. 9.
[28] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam…., hal. 106.
[29] Ibid.
[30] Ibid.
[31] Ibid, hal. 110.
[32] Ibid. 
[33] Ibid.
[34] Ibid, hal. 113.
[35] Ibid.
[36]Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir...., hal. 97.
[38]Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras,...., hal. 191.
[40] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras…., hal. 191.
[41] Ibid.
[43] Ibid. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar